Pasalnya, kelompok-kelompok tersebut dikhawatirkan membawa kebodohan ke masyarakat setelah menisbahkan dirinya dengan kesultanan atau kerajaan tertentu.
"Ini bisa membawa kebodohan ke masyarakat, nantinya bisa menjadi pembodohan," tutur Haedar kepada detikcom, Rabu (29/1/2020).
Haedar menambahkan, fenomena ini bisa membuka peluang kerugian yang tidak diinginkan oleh masyarakat maupun pemerintah.
"Karena ada orang atau kelompok yang teralienasi, dari perubahan yang aneh-aneh maupun berita buruk menjadi berita bagus yang laku dijual. Ini sangat memprihatinkan," tukas Haedar.
Menurutnya, dari segi spiritualitas, kerajaan-kerajaan fiktif tersebut tidak menunjukkan spiritualitas positif. Hanya akan membuat orang menjadi milenari, seseorang dihibur dengan adanya kerajaan yang menjamin masa depan yang baik serta gemah ripah loh jinawi.
"Padahal itu semua hanya kamuflase supaya mendapat tempat di masyarakat," pungkas Haedar. (fat/fat)