Bung Karno Pernah Prioritaskan Monas Ketimbang Masjid Istiqlal, Mengapa?

Bung Karno Pernah Prioritaskan Monas Ketimbang Masjid Istiqlal, Mengapa?

Erwin Dariyanto - detikNews
Selasa, 28 Jan 2020 16:19 WIB
Pengerjaan revitalisasi Monas munculkan pro dan kontra di masyarakat. Meski diminta dihentikan sementara waktu, proyek revitalisasi itu masih terus berjalan.
Bung Karno Pernah Prioritaskan Monas Ketimbang Masjid Istiqlal (Foto: Rifkianto Nugroho)
Jakarta -

Sekretariat Negara dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terlibat perdebatan soal revitalisasi kawasan Monumen Nasional atau Monas. Pihak Setneg meminta revitalisasi Monas disetop sebab belum ada izin. Sementara Pemprov DKI merasa melakukan revitalisasi di kawasan yang jadi wewenangnya.

Lepas dari polemik tersebut, ada cerita menarik soal pembangunan Monas di masa Presiden Sukarno. Pembangunan Monas dimulai pada 17 Agustus 1961. Di saat bersamaan, pemerintah waktu itu sedang menyelesaikan pembangunan Masjid Istiqlal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT

Masjid Istiqlal sebenarnya mulai dibangun pada 24 Agustus 1951 atau 10 tahun sebelum pembangunan Monas dimulai. Meski dibangun belakangan, Bung Karno rupanya ingin lebih dulu menyelesaikan pembangunan Monas ketimbang Masjid Istiqlal yang sudah 10 tahun dibangun tapi tak kunjung selesai.

Bung Karno pun menjadi sasaran kritik. Presiden pertama Indonesia itu dianggap salah lantaran mendahulukan Monas dan menomorduakan Masjid Istiqlal sebagai tempat ibadah umat Islam.

Menteri Agama RI ketika itu Saifuddin Zuhri dan sejumlah tokoh Islam pun mengkonfirmasi lansung kepada Bung Karno. Saifuddin Zuhri dalam bukunya yang berjudul, 'Berangkat dari Pesantren', mengisahkan, beberapa saat menjelang perayaan Isra Mikraj 1965 di Istana Negara, Bung Karno curhat padanya.

Kepada Saifuddin, Bung Karno mengaku menjadi sasaran kritik karena membangun Monas yang biayanya tidak sedikit. Kritik kian menjadi setelah Bung Karno ternyata akan lebih dulu merampungkan Monas ketimbang Masjid Istiqlal.

"Mengapa Bapak tidak menyelesaikan membangun Masjid Istiqlal?" tanya Saifuddin Zuhri.

Sebagai Menteri Agama, Saifuddin Zuhri merasa perlu mendesak Bung Karno agar memprioritaskan penyelesaian pembangunan Masjid Istiqlal yang direncanakan pendahulunya yakni Menag KH A Wahid Hasyim dan mulai dibangun di masa Menag KH M.Ilyas.

Bung Karno beralasan, ketika itu negara tak memiliki banyak uang untuk menyelesaikan Masjid Istiqlal dan Monas secara bersamaan. "Ya, tetapi mengapa dahulukan (penyelesaian) Monas?" tanya Saifuddin setengah mendesak Bung Karno.

"Begini. Saya sudah tua. Kalau Allah Swt. menakdirkan saya mati padahal Monas belum selesai, orang sepeninggalkanku belum tentu menyelesaikannya. Tetapi kalau Masjid Istiqlal yang belum selesai, mereka akan menyelesaikannya. Insya Allah Subhanahu wa Ta'ala...!" jawab Bung Karno.

Di lain kesempatan tokoh Masyumi, KH Abdullah Salim juga mengkonfirmasi kepada Bung Karno. "Kenapa Bung Karno lebih mendahulukan pembangunan Tugu Monas daripada pembangunan Masjid Istiqlal?" tanyanya kepada Bung Karno seperti dikutip dari Buku, 'Dari Revolusi 45 sampai Kudeta 66, Kesaksian Wakil Komandan Tjakrabirawa' karya Maulwi Saelan.

Bung Karno memberikan jawaban yang hampir sama seperti dia sampaikan ke Menag Saifuddin Zuhri. "Saya dahulukan dan segerakan menyelesaikan pembangunan Tugu Monas daripada pembangunan Masjid Istiqlal karena saya yakin kalau saya tidak ada (maksudnya meninggal) pembangunan masjid tetap akan diteruskan oleh rakyat sampai jadi, sedangkan pembangunan Tugu Monas barangkali tidak dilanjutkan," jawab Bung Karno.

Pada akhirnya Monas memang lebih dulu diselesaikan ketimbang Masjid Istiqlal. Monas diresmikan pada 12 Juli 1975, ada pun Masjid Istiqlal diresmikan penggunaannya oleh Presiden Soeharto pada 22 Februari 1978.

detikers yang budiman sekarang Anda bisa nikmati kumpulan berita harian Hikmah terbaru dan terlengkap seputar Islam dan kisah inspiratif di sini.

Simak Video "Setneg Minta Setop, Revitalisasi Monas Kok Masih Jalan?"

[Gambas:Video 20detik]

(erd/nwy)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads