Kepala Dusun Brayukulon Edy Purwanto mengatakan pengeboran dilakukan pada 1998. Menurut dia, terdapat tiga titik pengeboran di persawahan Dusun Brayukulon. Salah satunya di kubangan yang kini penuh dengan air asin.
"Yang ngebor dari Pertamina sekitar 1998 untuk mencari sumber minyak, tapi dihentikan karena sumber minyaknya kecil," kata Edy kepada detikcom di rumahnya, Selasa (7/1/2020).
Ia menjelaskan saat itu pengeboran menggunakan pipa besi dengan diameter 4-8 dim. Kedalaman pengeboran mencapai 75-100 meter. Sampai saat ini, pipa besi tersebut masih tertanam di lokasi.
"Pipa besinya sekarang sudah tertimbun lumpur," terangnya.
Karena itu, salah satu mata air asin di kubangan yang terletak di tengah persawahan Dusun Brayukulon masih mengeluarkan minyak. Itu setelah sebuah sumber air asin yang mengeluarkan gelembung gas ini digali oleh Samiadi (55), petani warga Brayukulon, menggunakan tangan.
Lubang pada lumpur seukuran tangan dengan kedalaman sekitar 15 cm itu dibiarkan sekitar 30 menit. Setelahnya, lubang ini terisi air asin. Pada permukaan air terdapat gumpalan minyak berwarna cokelat. Baunya mirip bau solar.
Selain kubangan ini, terdapat sembilan titik lainnya di persawahan Dusun Brayukulon yang mengeluarkan air asin. Warga setempat tidak mengetahui sejak kapan air asin ini muncul, begitu pula penyebabnya. Menurut warga, fenomena air asin ini sudah ada sejak zaman kolonial Belanda.
Anehnya, air asin ini keluar dari dalam tanah di wilayah lembah yang sangat jauh dari laut. Air asin juga keluar dengan sendirinya dari dalam tanah. Padahal warga setempat harus mengebor hingga belasan, bahkan puluhan, meter untuk menemukan sumber air bersih.
Terlebih lagi, mata air asin hanya muncul di persawahan Dusun Brayukulon. Air asin tetap muncul meski musim kemarau. Hanya, sawah tempat munculnya air asin tidak bisa ditanami sama sekali.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini