Rusia dan China Komentari Serangan AS yang Tewaskan Jenderal Iran di Irak

Rusia dan China Komentari Serangan AS yang Tewaskan Jenderal Iran di Irak

Novi Christiastuti - detikNews
Jumat, 03 Jan 2020 17:17 WIB
Foto yang dirilis kantor Perdana Menteri Irak ini menunjukkan sebuah kendaraan yang terbakar hebat usai serangan udara terjadi di kompleks Bandara Internasional Baghdad (Iraqi Prime Minister Press Office via AP)
Moskow - Otoritas Rusia dan China menyampaikan komentarnya atas serangan udara Amerika Serikat (AS) yang menewaskan Komandan Garda Revolusi Iran di Irak. Rusia menyebut serangan itu akan meningkatkan ketegangan, sedangkan China mengimbau semua pihak untuk menahan diri.

Mayor Jenderal Qasem Soleimani, yang menjabat Komandan Pasukan Quds pada Garda Revolusi Iran, tewas dalam serangan udara AS di Bandara Internasional Baghdad, Irak, pada Jumat (3/1) pagi. AS mengakui serangan udara itu diperintahkan oleh Presiden Donald Trump untuk 'melindungi personel AS di luar negeri'.

"Pembunuhan Soleimani... merupakan langkah adventuris yang akan meningkatkan ketegangan di kawasan (Timur Tengah)," sebut Kementerian Luar Negeri Rusia dalam pernyataannya seperti dikutip kantor berita RIA Novosti dan TASS.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Soleimani memiliki tujuan melindungi kepentingan nasional Iran dengan pengabdian. Kami menyampaikan belasungkawa yang tulus bagi rakyat Iran," imbuh pernyataan Kementerian Luar Negeri Rusia, seperti dilansir AFP, Jumat (3/1/2020).

Diketahui bahwa Rusia dan Iran merupakan sekutu penting di kawasan Timur Tengah. Kedua negara diketahui sama-sama mendukung rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad dalam konflik berkelanjutan di Suriah.

Konstantin Kosachev selaku Kepala Komisi Urusan Luar Negeri pada Kamar Atas Parlemen Rusia menyebut pembunuhan Soleimani sebagai sebuah kesalahan yang akan menyerang balik AS. "Serangan balasan tentu akan mengikuti," sebut Kosachev via akun Facebook-nya.

Dalam pernyataan terpisah, otoritas China menyerukan semua pihak, khususnya AS, untuk tetap tenang dan menahan diri. "China selalu menentang penggunaan kekuatan dalam hubungan internasional," tegas juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang, dalam konferensi pers.

"Kami mendorong pihak-pihak terkait, khususnya Amerika Serikat, untuk tetap tenang dan menunjukkan sikap menahan diri demi menghindari semakin meluasnya ketegangan," ucap Geng menambahkan.

Disebutkan juga oleh Geng bahwa kedaulatan, independensi dan integritas wilayah milik Irak harus dihormati.


China yang merupakan anggota permanen Dewan Keamanan PBB, merupakan mitra penting bagi Iran dan menjadi pembeli utama minyak Iran. Lebih lanjut, Geng menyatakan pemerintah China mendorong semua pihak untuk mematuhi prinsip-prinsip piagam PBB dan 'norma dasar dalam hubungan internasional'.

Baik Rusia maupun China ikut serta dalam perundingan kesepakatan nuklir Iran dengan AS yang disepakati tahun 2015. AS di bawah Trump diketahui menarik diri dari kesepakatan nuklir itu tahun 2018 lalu, yang memunculkan kembali ketegangan di kawasan.

Pekan lalu, Iran bersama Rusia dan China menggelar latihan militer gabungan di Samudra Hindia dan Teluk Oman. Awal pekan ini, Menteri Luar Negeri Iran baru saja mengunjungi Beijing, China.
Halaman 2 dari 2
(nvc/dhn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads