Tak Boleh Asal Geruduk di Pembebasan Tawanan Terakhir Abu Sayyaf

Round-Up

Tak Boleh Asal Geruduk di Pembebasan Tawanan Terakhir Abu Sayyaf

Tim detikcom - detikNews
Kamis, 26 Des 2019 07:58 WIB
Ilustrasi proses pembebasan sandera Abu Sayyaf/Luthfy Syahban
Jakarta - Muhammad Farhan (MF) menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) terakhir yang masih disandera oleh kelompok Abu Sayyaf di Filipina. Pemerintah tak gegabah dalam operasi pembebasan pamungkas ini. Tak mau asal geruduk.

Farhan dan dua orang rekannya yang juga sama-sama nelayan, Maharudin Lunani (48) serta Samiun Maneu (27) ditangkap oleh kelompok Abu Sayyaf pada akhir September 2019 lalu di perairan Sabah.

Tak lama setelah peristiwa penculikan, seperti dilansir media lokal Malaysia, The Star, Kamis (3/10) para penculik langsung menghubungi keluarga salah satu WNI. Dalam komunikasi itu, kelompok penculik meminta uang tebusan sebesar sebesar 30 juta Peso (Rp 8,3 miliar) untuk pembebasan mereka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemerintah Indonesia yang mengetahui penculikan itu, turun tangan. Komunikasi dilakukan dengan pihak pemerintah maupun militer Malaysia.



Presiden Jokowi bahkan langsung berkomunikasi dengan Presiden Filipina Rodrigo Duterte untuk membahas persoalan ini. Pembicaraan ini diikuti lapis setelahnya yakni Menlu RI dengan Menteri Pertahanan Filipina.


Menlu: 2 WNI Sandera Abu Sayyaf Sudah Berada di Otoritas Indonesia

[Gambas:Video 20detik]



"Pembicaraan tersebut ditindaklanjuti dengan koordinasi internal Pemerintah RI yang dilakukan melalui Kementerian Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan," kata keterangan resmi Kementerian Luar Negeri RI.

Kesepakatan dalam pembicaraan itu ditindaklanjuti oleh kerja sama antar badan intelijen Indonesia dan militer Filipina. Kemudian dilakukanlah operasi pembebasan yang dilakukan pada Minggu (22/12/2019) yang berhasil membebaskan Maharudin dan Samiun.

Operasi militer Filipina itu tak sepenuhnya mulus. Ada satu prajurit yang gugur dalam proses tembak menembak yang terjadi di lapangan.



"Pemerintah RI menyampaikan apresiasi atas kerja sama yang baik dengan Pemerintah Filipina sekaligus mengucapkan duka cita atas gugurnya satu prajurit Filipina dalam operasi pembebasan tersebut," kata Kemlu RI.

Kini, tinggal Farhan tersisa yang masih ditawan oleh Abu Sayyaf. Pemerintah Indonesia memilih untuk sangat hati-hati dalam operasi pembebasan Farhan ini. Pemerintah Indonesia tidak mau asal geruduk dalam pembebasan ini.

"Terus diintai, terus diburu. Karena tidak mudah juga karena harus menyelamatkan jiwa ya. Kalau sekadar geruduk-geruduk itu mungkin akan lebih praktis," kata Mahfud usai menghadiri Open House Hari Natal di kediaman Menkominfo Jhonny G Plate, Jalan Bango, Jakarta Selatan, Rabu (25/12/2019).

Menhan Prabowo Subianto juga sudah menjadwalkan pertemuan dengan Menhan Filipina untuk pembebasan Farhan.

"Pak Prabowo akan bertemu dengan Menhan Philipina di Manila beberapa hari ke depan untuk membahas hal tersebut, sekaligus berterima kasih karena telah membantu pembebasan 2 orang nelayan Indonesia," kata Staf Khusus Menteri Pertahanan Bidang Komunikasi Publik dan Hubungan Antar Lembaga, Dahnil Anzar Simanjuntak.

Pertemuan Prabowo dan Menhan Filipina kemungkinan akan digelar pada 26 atau 27 Desember 2019 di Manila. Pertemuan akan membahas langkah preventif agar insiden penculikan tak terulang.

"Juga bicara tindak lanjut berikutnya terkait dengan langkah-langkah untuk mencegah kembali terulang penculikan-penculikan terhadap nelayan Indonesia, termasuk bicara dengan Malaysia," ujar Dahnil.
Halaman 2 dari 3
(fjp/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads