"Jangan lakukan gerak tiba-tiba. Kasus ular gigit itu karena dia terprovokasi, entah karena pengancamnya lari, bergerak tiba-tiba, atau justru mau menangkapnya," kata anggota Komunitas Pemerhati Herpetofauna Aspera, Averroes Oktaliza, saat memberi sosialisasi ke warga di Kavling UI Timur, RT 8 RW 2, Tanah Baru, Beji, Depok, Sabtu (21/12/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hakikatnya ular itu hewan liar, hewan liar kalau ketemu manusia, dia takut dia lari. Nah, kalau ular ngejar manusia sebenarnya sepengalaman saya, bukan ular ngejar manusia, ketika ular ketemu manusia, manusianya lari, ularnya takut ikut lari arahnya sama. Jadinya seolah-olah ngejar, padahal dua-duanya sama-sama takut," jelas Oktaliza.
Dia mengatakan kobra berbeda dengan ular lain yang jika bertemu manusia langsung lari. Dia menyarankan jika ada kobra ditemuka di lingkungan warga langsung diusir dengan sapu lidi.
"Kalau ular yang lain, langsung lari, kalau kobra punya mekanisme pertahanan diri dengan menegakkan diri. Jadi, kalau ketemu kobra nggak usah pakai ember, langsung usir pakai sapu lidi gitu," ujar Oktaliza.
Oktaliza mengingatkan agar warga tidak membunuh ular. Dia juga menyebut kasus kematian gara-gara gigitan ular lebih sedikit dibanding kematian gara-gara penyakit yang dibawa tikus.
"Sepengalaman saya, kematian gara-gara gigitan ular lebih sedikit dari kematian gara-gara penyakit atau perbuatan tikus. Kematian karena ular biasanya karena gigitannya, bisanya. Tapi kematian karena tikus itu gara-gara kelaparan, gara-gara persediaan makan dimakan tikus, ada leptospirosis gara-gara kencing tikus, ada penyakit akibat kutu-kutu yan dibawa tikus. Lebih banyak kematian gara-gara tikus dibanding ular," tutur Oktaliza.
Heboh Ular Kobra Masuk Rumah, Begini Cara Menghadapinya:
(haf/haf)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini