"Soal survei kan kadang kita juga salah membaca survei. Memang dulu, Pak Jokowi ketika maju sebagai Gubernur DKI surveinya bagus? Nggak juga. Tapi jadi sebagai Gubernur DKI," kata Bamsoet di kompleks MPR/DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (18/12/2019).
Selain itu, Bamsoet juga menanggapi anggapan yang menyebut pencalonan Gibran sebagai bakal calon wali kota Solo adalah upaya membangun dinasti politik Jokowi. Dia menegaskan setiap warga negara Indonesia memiliki hak untuk mengikuti kontestasi pemilu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bamsoet mengimbau publik berpikir objektif dalam menyikapi pencalonan Gibran. Menurutnya, saat ini keputusan memilih siapa wali kota Solo selanjutnya ada di tangan masyarakat.
"Kita tidak boleh apriori. Nah, tinggal sekarang pilihan ada di masyarakat," ucap Ketua MPR RI itu.
Sekadar informasi, lembaga survei Indo Barometer pernah melakukan survei elektabilitas pasangan calon Gubernur-Wakil Gubernur DKI pada 2012 lalu. Berdasarkan survei Indo Barometer yang dilakukan pada 15-20 Mei 2012, elektabilitas Jokowi yang saat itu berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) masih di bawah Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli.
Kala itu, elektabilitas Fauzi Bowo-Nachrowi berada di angka 49,8 persen. Sementara Jokowi-Ahok 16,4 persen.
Untuk elektabilitas Gibran sendiri disurvei oleh Median. Survei Median menyatakan elektabilitas Gibran masih di bawah Wakil Wali Kota Solo saat ini, Achmad Purnomo.
"Achmad Purnomo 45,0 persen, Gibran Rakabuming 24,5 persen, Budi Prasetyo 7,3 persen," sebut Direktur Eksekutif Median Rico Marbun.
Tonton juga Ahmad Sahroni dan Bamsoet Pimpin Klub Mobil Listrik Pertama di Indonesia :
(zak/gbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini