Awalnya, Nadiem mengatakan tentang pentingnya sifat dasar kepemimpinan yang harus ditanam oleh siswa sekolah. Nadiem ingin seluruh sekolah di Indonesia menerapkan teori kepemimpinan di sistem pendidikan, diawali oleh para guru mengubah paradigma kepemimpinan.
Dia pun memberikan contoh kepemimpinan saat dia menjabat sebagai salah satu CEO di perusahaan ojek online.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang pertama adalah perubahan paradigma dari kementerian sampai ke dinas, pengawas sampai ke kepala sekolah. Saya ingin mengajak Bapak Ibu mengubah paradigma kepemimpinan dari tadinya itu penguasa, atau pengendali, atau regulator kita berubah jadi paradigma kepemimpinan yang melayani. Kita semua jadi pelayan, pembantu daripada bawahan kita. Ini mungkin perubahan dasar yang terpenting sekarang," imbuhnya.
Kedua, Nadiem meminta agar sekolah sebelum membuat kebijakan harus melihat apa dampaknya bagi siswa, apakah kebijakan itu berdampak ke siswa atau tidak. Dia juga meminta perubahan yang dibawa oleh guru dan sekolah itu menciptakan rasa aman bagi siswa.
'Ketiga adalah kepemimpinan 2.0 ini adalah bagaimana pemimpin itu bisa menjadi lebih baik tanpa menciptakan suatu lingkungan yang aman. Aman untuk apa? Aman untuk bawahannya mencetuskan gagasan, aman untuk bawahannya mengkritik atasannya. Kalau ada guru atau kepala sekolah yang mau coba sesuatu yang baru tapi tidak sukses, atau ternyata dampaknya bukan yang diinginkan jangan dimarahin. Itu malah dikasih jempol, 'oh baik kamu berani lakukan sesuatu yang baru, nggak apa kita coba yang lain'. Itu yang sangat penting," jelasnya.
Lalu, Nadiem juga mengingatkan kepada pengawas sekolah agar bersikap sebagai 'pelayan' untuk sekolah dan guru. Dia pun meminta para pengawas itu mengubah paradigmanya agar menjadi pelayan, pengawas yang bersifat melayani dan tidak hanya bersifat mengawasi.
"Saya ingin tanyakan seberapa sering misal pengawas datang ke sekolah dan nanya ke kepala sekolah dan guru, gimana sih biar saya lebih baik melayani anda, ajarin saya. Perbincangan itu luar biasa pentingnya dampaknya. Makanya terus terang bapak Ibu mohon maaf, saya nggak terlalu ngefans sama kata itu 'pengawas', nggak suka sama implikasinya. Mohon maaf, karena sebenarnya kalau pengawas itu sinyal yang diberikan ya memang harus diawasi kepala sekolah dan guru. Kenapa harus diawasi? Mungkin karena kita tidak memberikan kepercayaan. Jadi, mohon sedikit diubah paradigmanya dari yang tadinya cuma mengawas saja, jadi melayani," terang Nadiem.
Dia juga meminta agar guru bisa menciptakan kondisi melayani seperti pengawas sekolah itu tercipta di dalam kelas. Nadiem berharap kepala sekolah harus sering ke dalam kelas mengunjungi siswa saat belajar dan memberikan terobosan baru kepada siswa.
"Kepsek harus sering-sering jalan ke dalam kelas, duduk dan observasi dan memberikan input-input (masukan). Siapa tahu belajar juga ada teknik-teknik baru. Pengawas pun diharapkan juga bisa duduk di dalam kelas dan observasi. Jangan cuma 5 menit 10 menit lalu ganti-ganti kelas, lebih baik di satu kelas tapi satu jam agar benar-benar bisa merasakan apa yang dialami siswa-siswa," tegasnya.
Terakhir, dia meminta agar sekolah bisa mengeluarkan terobosan yang kreatif bagi siswa. Hal ini, menurut Nadiem efektif untuk menghasilkan anak-anak yang cerdas dan kreatif.
"Poin terakhir saya adalah untuk menekankan bahwa organisasi yang namanya sekolah itu tidak ada bedanya sama organisasi-organisasi lain, untuk mencetak generasi berikut kita yang inovatif, kreatif dan penuh dengan value arau moralitas karakter. Organisasi sekolah ini harus bekerja dengan cara kreatif inovatif dan dengan karakter dan integritas," terang dia
Dia pun mengajak agar seluruh sekolah melakukan reformasi pendidikan mulai dari sekarang. Dia mengajak agar semua guru menerapkan perubahan karakter pendidikan ini agar diterapkan menyeluruh dan secara permanen.
"Saya mengajak berbagai macam ini dengan keyakinan bahwa reformasi pendidikan ini harus menjadi suatu pergerakan, pergerakan dari atas dan pergerakan dari bawah, barulah di tengah kita akan bertemu untuk lakukan perubahan yang benar-benar permanen, jangan cuma untuk beberapa tahun ke depan aja," tutupnya.
Halaman 2 dari 2