Kepala UPT Humas Unnes, Muhamad Burhanudin, mengatakan pertemuan rektor Unnes dengan senat akademik UGM tanggal 27 November 2019 merupakan iktikad baik Rektor Unnes untuk memenuhi undangan Senat Akademik UGM.
"Undangan serupa juga pernah disampaikan oleh beberapa lembaga lain kepada Rektor Unnes. Hasil pertemuan-pertemuan tersebut berkesimpulan sama bahwa Rektor Unnes tidak melakukan plagiasi," kata Burhanudin, Jumat (29/11/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Unnes secara positif mengapresiasi pertemuan tersebut dan menganggap usaha Senat Akademik UGM mengundang Rektor Unnes adalah dalam rangka meluruskan kabar yang beredar tentang alumninya.
"Unnes menyayangkan adanya pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab dan gemar mengangkat rumor yang tidak benar. Rumor ini telah berulang-ulang diangkat dan tidak pernah terbukti. Pihak tersebut adalah pihak yang tidak suka dengan kemajuan Unnes yang melejit prestasinya selama dipimpin oleh Prof Dr Fathur Rokhman," tegas Burhanudin.
Burhanudin juga mengatakan Unnes akan secara aktif mencari keadilan melalui jalur litigasi maupun non-litigasi dalam upaya meluruskan rumor yang merugikan ini.
"Pihak-pihak yang diduga turut serta mencemarkan nama baik Rektor Unnes sebagai pribadi maupun perwakilan lembaga akan dimintai pertanggungjawaban jika terdapat bukti yang kuat akan keterlibatannya," pungkas Burhanudin.
Sebagai informasi, dugaan plagiat yang dilakukan Fathur diadukan ke UGM pada 23 Oktober 2018 lalu. Disertasi Fathur berjudul 'Pemilihan Bahasa dalam Masyarakat Dwibahasa: Kajian Sosiolinguistik di Banyumas' yang ditulis tahun 2003 diduga hasil plagiat.
Dalam surat aduan yang dilayangkan ke UGM, Fathur disebut menjiplak skripsi eks mahasiswa Unnes, Ristin Setiyani, berjudul 'Pilihan Ragam Bahasa dalam Wacana Laras Agama Islam di Pondok Pesantren Islam Salafi Al-Falah Mangunsari Banyumas.
Diberitakan sebelumnya, Ketua Senat Akademik UGM Hardyanto mengatakan pertemuan pada tanggal 27 November 2019 merupakan langkah klarifikasi dan belum membuktikan apapun.
"Ada (kesamaan disertasi Fathur dengan skripsi mahasiswanya). Tapi kesamaan itu belum tentu plagiat. Kalau itu muridnya ya memang tugasnya murid itu meniru gurunya. Cuma berapa persen? Kalau kesamaannya 90 persen, ya plagiat namanya. Tapi kan ini belum tahu saya," jelas Hardyanto, Rabu (27/11).
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini