Hal tersebut diungkapkannya di sela menjadi narasumber dalam seminar kebangsaan dan peluncuran buku sejarah dalam rangka memperingati 100 tahun berdirinya Gedung Gereja Zebaoth Bogor (Koningin Wilhelmina Kerk) di Gereja Zebaoth, Jalan Juanda, Bogor Tengah.
"Hal yang terus menerus kita lakukan adalah memastikan setiap ibadah, perayaan, ritual, baik keagamaan maupun kebudayaan, itu berjalan dengan nyaman di Kota Bogor," ujar Bima dalam keterangan tertulis, Minggu (24/11/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk memperkuat nilai-nilai itu, katanya, Pemkot Bogor telah memasukkan nomenklatur 'Kerukunan, Toleransi dan Perdamaian' ke dalam penyusunan Rencana Program Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bogor 2019-2024.
"Pemkot Bogor sudah masuk kepada kebijakan-kebijakan. Harus masuk melalui proses pendidikan dan internalisasi. Pemkot menuangkan sejak periode kedua di RPJMD Kota Bogor apa itu yang dinamakan toleransi, pluralisme," ucapnya.
Ia mengarahkan kepada seluruh kepala dinas, camat dan lurah untuk pastikan setiap kegiatan-kegiatan itu bernafaskan semangat toleransi dan pluralisme.
"Ada yang bertanya, kalau Dinas Pendidikan kan bisa ke sekolah-sekolah. Tapi, kalau Dinas Perhubungan bagaimana, pak? Kerahkan dan sampaikan kepada pengemudi angkot bahwa kebersamaan dan keberagaman adalah sesuatu yang indah," tambahnya.
"Ada yang nanya lagi. Bagaimana dengan Dinas Kesehatan? Apa hubungannya toleransi? Jelas ada. Pastikan seluruh tenaga kesehatan di Kota Bogor melayani warganya tanpa perbedaan. Melayani warganya sepenuh hati tidak boleh dibedakan karena agama atau latar belakangnya. Jadi keberagaman dan toleransi itu akan kita kuatkan melalui kebijakan-kebijakan yang sistematis," ujarnya.
Dalam pelaksanaannya, Bima mengaku berkolaborasi dengan berbagai pihak, seperti Badan Sosial Lintas Agama (Basolia), Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Majelis Ulama Indonesia (MUI). Ia juga mengatakan bahwa Kota Bogor juga dibantu oleh Setara Institute, Asia Foundations, Paramadina, Komnasham.
"Ini harus kerja keroyokan. Ini harus kerja bersama-sama," terangnya.
Selain lewat kebijakan, penguatan nilai toleransi juga digarap melalui berbagai festival kesenian dan kebudayaan. Contohnya seperti Festival Cap Go Meh, Helaran, Festival Merah Putih, dan lain sebagainya. Namun, lanjutnya, ada juga yang mengkritik wali kota yang menyebut Pemkot Bogor seperti Event Organizer (EO) yang sering membuat banyak acara.
"Banyuwangi yang dulu dikenal sebagai kota santet dan tidak dilirik, sekarang entah berapa ada direct flight dari Jakarta ke Banyuwangi, entah berapa festival dan event kebudayaan dan olahraga ada di Banyuwangi?," tanyanya.
Dampak pertama terutama berpengaruh pada kesejahteraan. PAD Banyuwangi meningkat, kemiskinan menurun. Kedua, kebersamaan warga. Kebanggaan warga yang tadinya malu disebut kota santet, sekarang bangga karena banyak hal-hal yang membanggakan bagi mereka.
Sanggar-sanggar hidup, penari sejahtera, seniman dan budayawan bisa mengekspresikan dirinya, hotel-hotel tumbuh, lapangan pekerjaan terbuka. Jadi salah kalau terlalu alergi terhadap event atau festival.
"Mari kita hidupkan semua kegiatan kebudayaan, keagamaan, olahraga di kota ini untuk kesejahteraan warga, untuk kebahagiaan warga dan untuk kebersamaan warga di Kota Bogor," pungkasnya. (ujm/ujm)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini