Dalam kesempatan itu, ia banyak berbicara seputar kebersamaan di tengah keberagaman yang sudah turun temurun mengakar dalam kehidupan sehari-hari warga Kota Bogor sejak zaman dulu.
"Semakin banyak saya keluar Kota Bogor. Semakin banyak jalan-jalan ke wilayah lain, semakin merasa bersyukur dan beruntung lahir, tinggal, besar dan saat ini mengabdi di Kota Bogor. Kenapa? Karena banyak hal yang begitu dibanggakan di kota ini," ungkap Bima dalam keterangan tertulis, Sabtu (23/11/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada kota yang berusaha mem-branding kotanya karena memang dari aspek kesejarahan sulit dicari sesuatu yang kokoh," ujarnya.
Menurut Bima, kota-kota di dunia yang memiliki akar sejarah panjang dan karakternya kuat, mampu menjadi modal utama kota itu bisa bergerak maju dan menjadi kebanggan warganya. Di pusat kota ini, lanjutnya, pusat ibadah berdampingan secara damai dari masa ke masa. Ada gereja, ada vihara, ada masjid, pura yang dari masa ke masa tidak pernah ada sejarah konflik sama sekali.
"Perbedaan adalah keniscayaan, keberagaman adalah keharusan. Tapi persatuan dan kebersamaan harus selalu diperjuangkan. Kita tidak bisa menolak berbeda. Itu keharusan, sudah given. Kalau di Islam disebut sunnatullah. Sudah harus diterima, tidak boleh ditolak dan dinafikan. Kalau kebersamaan tidak diperjuangkan, maka keindahan kebersamaan itu akan mengalami masa-masa sulit atau selesai pada waktunya," tambahnya.
Ia bercerita, ketika tahun lalu ada kelompok yang menolak penyelenggaraan Bogor Street Festival Cap Go Meh, ia sampaikan bahwa orang yang menolak itu pasti DNA-nya bukan DNA Kota Bogor.
"Kalau DNA-nya Kota Bogor, pasti gandrung akan kebersamaan. Menganggap itu justru momentum untuk memperkuat kebersamaan dalam keberagaman. CGM atau Bogor Street Festival bukan persoalan ritual, itu adalah budaya. Di situ kebersamaan kita dikuatkan. Kalaupun ada ibadah yang dirayakan adalah tanggung jawab kita untuk memastikan bahwa ibadah itu berjalan dengan aman dan lancar sehingga membahagiakan umat yang merayakan itu di Kota Bogor," ujarnya.
Ia menambahkan, setiap malam Natal ia bersama Muspida melakukan patroli keliling gereja di Kota Bogor untuk memastikan semuanya berjalan aman, lancar dan khidmat.
"Di situ saya tentu mengucapkan selamat natal, di situ saya juga menyampaikan kepada saudara-saudara umat kristiani untuk dipastikan bahwa malam itu semuanya tertib dan lancar. Di situ kami muspida menyampaikan salam untuk seluruh keluarga yang merayakan. Agar suasananya damai di Kota Bogor, damai di hati," paparnya.
Ia menyadari bahwa ada orang-orang yang kadang-kadang beranggapan lain. Tidak boleh mengucapkan salam, tidak boleh mengucapkan perayaan agama lain, tidak boleh memasuki rumah ibadah agama lain.
"Ya, berbeda pendapat sah-sah saja. Tidak apa-apa. Tapi begini, hari ini kalau kita terlalu banyak membahas perbedaan, we are going nowhere. Kita tidak akan kemana-mana. Yang harus dikedepankan adalah persamaan kita di tengah perbedaan," pungkasnya.
Dalam acara tersebut, tampak dihadiri Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bogor KH Mustofa Abdullah Bin Nuh, Badan Sosial Lintas Agama dan para tokoh lintas agama lainnya. (ujm/ujm)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini