Arkeolog BPCB Jatim Wicaksono Adi Nugroho membenarkan pihaknya menemukan batu andesit dan struktur yoni di lahan persawahan di Desa Cangkring, Kecamatan Bluluk, di lahan sawah milik Bambang Sugianto, warga desa setempat.
"Kemungkinan batu yoni ini tidak berada di tempat semula atau dipindahkan dari lokasi aslinya karena di bawah yoni tidak ditemukan struktur bata atau batu yang berfungsi landasan atau alas," kata Wicaksono Dwi Nugroho kepada wartawan.
Proses ekskavasi sendiri, menurut Wicaksono, dilakukan dengan menggali 5 lubang di sekitar temuan batu berukuran 100 cm persegi dan kedalaman 1,5 meter yang dilakukan sejak Sabtu (16/11).
Saat ekskavasi itu, lanjut Wicaksono, pihaknya juga menemukan sejumlah fragmen porselen yang mungkin berasal dari masa Dinasti Yuan dan Vietnam abad ke-14 Masehi dan juga sejumlah fragmen tembikar kasar dan halus yang memiliki tipologi dari masa Majapahit.
"Dari proses ekskavasi ini, kesimpulan sementara adalah peninggalan Majapahit. Tapi tidak ditemukan lagi struktur batu maupun bata yang masih membentuk bangunan candi," terangnya.
Wicaksono menambahkan, dari penuturan warga dan kepala dusun setempat diketahui batu bata yang ada di lokasi yang disebut candi tersebut telah habis diambil masyarakat sekitar pada 1950-an untuk membangun jalan dan rumah.
"Untuk sementara proses ekskavasi di lokasi tersebut dihentikan," jelasnya.
Sebelumnya, tumpukan batu ditemukan di tengah sebuah areal persawahan milik warga di Lamongan, Kamis (13/9/2018). Setelah didekati, tumpukan batu ini ternyata bukan batu biasa. Menurut penuturan warga, batu-batu yang ditemukan di Dusun Bowo, Desa Cangkring, Kecamatan Bluluk, itu sudah lama ada dan warga mengenalnya sebagai batu bertuah.
"Banyak warga yang mau mengambil batu itu kemudian terkena tuah batu lalu terpaksa mengembalikan batu itu ke lokasi asalnya, di tengah areal sawah," kata Kabid Kebudayaan Disbudpar Lamongan, Mifta Alamuddin, kepada detikcom kala itu. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini