Menurut penuturan warga, batu-batu yang ditemukan di Dusun Bowo, Desa Cangkring, Kecamatan Bluluk itu sudah lama ada. Warga juga mengenalnya sebagai batu bertuah.
"Banyak warga yang mau ngambil batu itu kemudian terkena tuah batu lalu terpaksa mengembalikan batu itu ke lokasi asalnya, di tengah areal sawah," cerita Kepala Seksi Museum Sejarah dan Purbakala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Lamongan, Miftah Alamudin kepada detikcom, Kamis (13/9/2018).
Namun pria yang akrab disapa Udin itu menegaskan, batu-batu itu merupakan batu andesit yang biasa dikenal sebagai bahan pembuatan candi.
"Batu berstruktur yang ada di sini adalah batu andesit yang biasa dikenal sebagai bahan pembuatan batu candi," katanya.
Bagi Udin, temuan ini tergolong tidak lazim di Lamongan. "Yang unik, batuannya berbeda dengan batu kuno lainnya yang pernah ada, seperti prasasti atau candi yang pernah ditemukan. Biasanya yang ada itu rata-rata batu kapur, tapi yang ini adalah batu andesit," paparnya.
![]() |
Dugaan terakhir, batu-batu ini merupakan bagian dari sebuah situs candi yang hingga kini belum dieksplorasi.
"Lokasi berada di tengah persawahan, dekat dengan sumber air yang kini dijadikan embung untuk sumber air masyarakat sekitar," ungkapnya.
Udin menambahkan, warga juga pernah mencoba menggali tanah di sekitar bebatuan itu hingga kedalaman sekitar 2 meter. Ternyata di dalamnya juga terlihat struktur batuan andesit serupa.
"Konon perkampungan warga dulunya terpusat di sekitar struktur batuan tersebut, namun karena berbagai kejadian di luar nalar akhirnya perkampungan tersebut dipindah ke lokasi yang kini ditempati penduduk sampai sekarang ini," papar Udin.
Selain batu berstruktur, lanjut Udin, di sekitar lokasi batu juga ditemukan 2 buah lingga yoni.
Namun untuk saat ini, pihaknya baru sebatas melakukan pendataan dan melaporkan temuan ini ke Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan di Mojokerto. Dari temuan sementara, setidaknya ada 10 lebih batu berstruktur yang terlihat di permukaan dengan ukuran batu sekitar 40-an cm.
"Untuk langkah lanjutannya, kami akan kembali ke desa ini bersama BPCB Trowulan dan juga berencana untuk melakukan ekskavasi," ungkap Udin.
Pemerhati budaya Lamongan, Supriyo mengatakan, batu bersusun yang ada di desa ini memang sudah lama ada. Menurutnya, keberadaan batu bersusun ini telah dilaporkan ke BPCB Trowulan di Mojokerto.
Ia juga mengamini pernyataan Udin jika batu-batu itu adalah batu andesit. "Kalau batu kapur kan wajar karena strukur geografis Lamongan memang mayoritas gunung kapur. Kalau andesit ini masih menjadi bahan kajian," terang Priyo.
Saksikan juga video 'Melihat Mushaf Alquran Terbesar di Lamongan':
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini