Memakai topi dan kaus lengan panjang lusuh, Kuswari sibuk menyapu sampah dedaunan di area Candi Watesumpak. Dia menyambut dengan ramah saat detikcom meminta izin meliput situs purbakala tersebut. Terik matahari tak menyurutkan semangatnya menjaga bangunan bersejarah ini tetap bersih.
Kuswari merupakan anak kedua dari empat bersaudara pasangan almarhum Pairin dan Ngatini (70), warga Desa Watesumpak, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Mendiang ayahnyalah yang menemukan Candi Watesumpak pada Oktober 2008. Kuswari menyebut sebagai pembantu juru pelihara di Candi Watesumpak.
"Ada satu orang juru pelihara yang ditempatkan BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya) Jatim di Candi Watesumpak ini. Namun juru pelihara jarang datang ke sini. Paling seminggu tiga sampai empat kali," kata Kuswari saat berbincang dengan detikcom di pos penjagaan Candi Watesumpak, Dusun/Desa Watesumpak, Selasa (12/11/2019).
Candi Watesumpak terletak di tengah kebun jagung milik warga. Situs purbakala ini berada sekitar 200 meter di sebelah selatan permukiman penduduk Dusun Watesumpak. Selain menempatkan seorang juru pelihara, BPCB Jatim membangun pagar kawat berduri dan pos penjagaan di situs ini. Namun pagar tersebut telah lama rusak.
Kuswari mengaku sudah 11 tahun menjaga dan memelihara Candi Watesumpak. Selama belasan tahun mengabdi, pria yang sehari-hari menjadi buruh tani ini belum sekali pun menerima gaji dari pemerintah. Karena dia tidak pernah diangkat sebagai pegawai, baik oleh Pemkab Mojokerto maupun BPCB Jatim.
Satu-satunya honor yang dia rasakan bersumber dari gaji juru pelihara Candi Watesumpak. Juru pelihara yang diangkat BPCB Jatim memberikan sebagian gajinya kepada Kuswari. Itu pun nilainya hanya Rp 150 ribu per bulan.
"Tapi sejak Agustus 2018 sampai sekarang saya tidak lagi diberi uang itu. Kalau ditotal sudah menumpuk Rp 2,2 juta," ujarnya.
Pria yang belum pernah menikah ini mengaku kecewa terhadap kebijakan BPCB Jatim yang mengangkat orang lain menjadi juru pelihara di Candi Watesumpak. Sebagai anak penemu situs, Kuswari merasa berhak diangkat menjadi juru pelihara.
"Seharusnya sebagai kompensasi bapak saya yang menemukan situs ini, saya diangkat menjadi juru pelihara. Ini malah mengangkat orang lain yang tidak punya peran apa pun terhadap situs ini," tegasnya.
Kuswari mengaku telah berulang kali mengajukan dirinya sebagai juru pelihara Candi Watesumpak ke BPCB Jatim. Pengajuan itu terakhir kali dia lakukan pada 2018. Namun permohonannya tak juga dikabulkan.
"Alasannya belum ada lowongan. Saya sudah mengabdi menjaga situs ini selama 11 tahun," terangnya.
Kendati begitu, Kuswari tetap ingin mengabdikan dirinya untuk merawat Candi Watesumpak. Dia yakin menjaga situs purbakala ini sama dengan melestarikan warisan para leluhur. Terlebih lagi di puncak struktur candi ini terdapat empat makam yang dipercaya Kuswari sebagai tempat persemayaman nenek moyangnya.
![]() |
Kuswari meyakini tiga di antara makam tersebut sebagai tempat peristirahatan terakhir Mbah Surobenco, Surodipo, dan Surodiman. Menurut dia, ketiga tokoh itu konon menjadi pendiri Desa Watesumpak.
"Karena saat kecil dulu, saya sering diajak kakek saya berziarah ke makam ini. Dulu belum ketemu situsnya," tandasnya.
Sementara itu, arkeolog BPCB Jatim Wicaksono Dwi Nugroho mengaku tidak memahami betul persoalan pengangkatan juru pelihara Candi Watesumpak. Karena dia baru setahun terakhir dipercaya melakukan ekskavasi penyelamatan di wilayah Jatim. Namun dia tetap mengakomodasi aspirasi dari Kuswari.
"Informasi ini saya tangkap dulu, nanti kami pelajari dulu bagaimana baiknya," pungkasnya.
Dulu tanah di Candi Watesumpak ini berupa gundukan yang penuh dengan pepohonan. Pairin menemukan situs ini saat menggali tanah untuk membuat bata merah pada Oktober 2008. Sampai saat ini BPCB Jatim belum pernah mengekskavasi situs ini. Penggalian hanya dilakukan warga dan Pairin 11 tahun silam.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini