"Yang dibicarakan adalah program bersama untuk menghadapi terorisme, baik sebagai langkah preventif maupun sebagai langkah represif," ujar Mahfud dalam keterangan tertulisnya, Jumat (8/11/2019).
Pertemuan itu merupakan rangkaian kerja Mahfud ke Australia. Mahfud didampingi oleh delegasi lintas kementerian yakni Kemenkum HAM, BIN, PPATK, BNPT, Kemendagri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mahfud memaparkan jumlah peristiwa teror berkurang sejak dua tahun terakhir ini. Namun justru pelaku teror lah yang mengalami perluasan. Dalam artian bukan hanya melibatkan kaum laki-laki saja, namun juga kaum perempuan hingga anak.
"Pada tahun 2018 dan 2019 secara absolut jumlah terror di Indonesia berkurang dan cukup berhasil diantisipasi. Tapi secara kualitatif, ada perluasan subyek pelaku. Pelaku teror di Indonesia sekarang bukan hanya laki-laki, tetapi juga perempuan yang melibatkan anaknya," ucapnya.
Dia mencontohkan seperti peristiwa pengeboman di Sidoarjo, Jawa Timur dan Sibolga, Sumatera Utara. Lalu juga peristiwa yang dialami mantan Menko Polhukam Wiranto. Mahfud menyebut, peristiwa itu melibatkan perempuan.
"Jadi amaliyah sesat tentang jihad yang diwujudkan dengan terror, sudah menyentuh perempuan dan anak-anak. Ini mengerikan dan harus diatasi secara bersama-sama" ujarnya.
"Lebih dari 45 orang Indonesia minta dipulangkan dari Syria karena terlibat teror ISIS juga ada perempuannya," lanjut Mahfud.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini