Kemendikbud Ajak Seniman Ikuti Program Sertifikasi Kompetensi

Kemendikbud Ajak Seniman Ikuti Program Sertifikasi Kompetensi

Aditya Mardiastuti - detikNews
Minggu, 03 Nov 2019 05:33 WIB
Foto: Direktur Kesenian Restu Gunawan (Dita/detikcom)
Denpasar - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tengah menyelesaikan modul sertifikasi para seniman dari berbagai profesi. Sertifikasi ini dinilai penting untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi para pekerja seni.

"Perlunya standar kompetensi di bidang kesenian, pertama karena pasar memerlukan itu, kedua kemampuan kawan-kawan juga perlu ditingkatkan kira-kira kan begitu. Jadi tugas kita bersama pemerintah membuat standar kompetensi kerja SKK ini agar bisa digunakan untuk menguji kompetensinya dari temen-temen seniman terutama anak-anak dari sekolah misalnya SMK, kemudian lulusan sekolah tinggi dan sebagainya," kata Direktur Kesenian Ditjen Kebudayaan Kemendikbud, Restu Gunawan kepada wartawan di Denpasar, Bali, Sabtu (2/11/2019).

Target yang disasar yakni para penari, pelukis, aktor, musisi, penyanyi maupun seniman lain untuk mengikuti sertifikasi kompetensi berbasis profesi. Standarisasi ini perlu selain untuk menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni juga untuk memudahkan para seniman bersaing di kancah nasional maupun internasional.
Kemendikbud Ajak Seniman Ikuti Program Sertifikasi KompetensiFoto: Kemendikbud dorong seniman Bali ikuti sertifikasi (Dita/detikcom)

"Apakah sertifikasi ini perlu, saya kira dari pengalaman temen-temen seniman sangat diperlukan ya. Misalnya ada pekerjaan-pekerjaan yang tadi disampaikan yang membutuhkan sertifikat kemudian akhirnya hanya diisi oleh tenaga tenaga kerja dari luar tentang panggung tata panggung, lighting, dan lain sebagainya. Vendor atau perusahaan atau pengampu kegiatan menanyakan ada sertifikatnya?" terang Restu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Ini kan kalau kita nggak siapkan sayang pada pasar di rumah kita sendiri jadi kita berusaha untuk membuat standarisasinya itu," sambungnya.

Selain itu, salah satu manfaat sertifikat kompetensi ini juga untuk memudahkan pagu pembayaran honorarium kepada para seniman. Sebab, selama ini yang masih menjadi kendala di lapangan adalah seniman yang sudah berpengalaman masih mendapatkan honor yang sama dengan lulusan baru dari sekolah kejuruan.

"Sebenarnya ini tidak sekedar tentang gaji saja, honorarium. Ketika 7-9 level tinggi ya punya standar ketika tampil ya sekian, lebih memudahkan untuk menyusunnya itu, setiap daerah tentu berbeda-beda, kalau sudah ada horariumnya tergantung kemampuan daerahnya, tergantung cabang seninya untuk jumlah gajinya," terangnya.



Restu mengatakan meski mulanya banyak yang menolak, kini sudah banyak seniman yang sadar pentingnya sertifikat kompetensi berbasis profesi karena dibutuhkan pasar. Dia menuturkan bagi seniman maestro tidak perlu lagi mengikuti tahapan tes melainkan hanya menyerahkan portofolio disertai surat rekomendasi.

"Sesuai keperluan saja, yang mau untuk sertifikasi ya silakan. Ini nggak wajib juga kebutuhan dia, kalau dia nggak butuh kan itu terserahnya dia. Jadi kalau dia mau keluar negeri kan butuh itu (sertifikat kompetensi)," terangnya.


Dia menambahkan saat ini ada 46 asesor dari berbagai cabang seni yang diakui Kemendikbud. Seniman-seniman yang ikut terpanggil menjadi asesor di antaranya Nano Riantiarno (Teater Koma), Irwansyah Harahap (musisi), hingga Subarkah Hadisarjana (Teater Koma).

"Nantinya akan kami lakukan terus uji kompetensi asesor ini terus setiap tahun akan kami lakukan. Tentu setiap daerah harapannya akan ada asesor-asesor tidak perlu ke Jakarta terus, di Bali, di Jogja di manapun kami akan lakukan itu, tapi untuk LSP (lembaga sertifikasi profesi) yang menjadi wilayah kami," jelasnya.

Dari sisi seniman, Subarkah pun ikut berbagi cerita soal pentingnya sertifikasi kompetensi ini. Dia tak menampik mulanya merasa jengah dengan wacana soal standardisasi kompetensi ini, namun rupanya pasar berkata lain.

"Kebetulan pada waktu itu saya diminta dari Australia untuk membuat film bom Bali itu dites semua bagaimana cara membuat luka orang kena bom bagaimana. Dites, Indonesia belum ada, saya tidak bisa menemui waktu itu jadi saya kirim foto dia tertarik. Tapi karena saya tidak punya sertifikat kompetensi meski saya memimpin riset mereka, saya tetap ada di bawah karena dinilai tidak punya kompetensi yang sama, pengetahuan profesionalnya yang sama," beber Subarkah.


Dari situlah dia mengaku terpanggil untuk bergabung bersama seniman lainnya menyusun materi uji kompetensi ini. Diharapkan tahun depan materi ini rampung dan sudah bisa diaplikasikan.

"Jadi kita bersyukur teman-teman bisa kita ajak, ada andel-andel piandel semangat," tuturnya.
Halaman 2 dari 2
(ams/fdu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads