Tentara Rusia Tembak Mati 8 Rekannya karena Nervous Breakdown

Tentara Rusia Tembak Mati 8 Rekannya karena Nervous Breakdown

Novi Christiastuti - detikNews
Sabtu, 26 Okt 2019 11:44 WIB
Ilustrasi (Dok. Anadolu Agency)
Moskow - Seorang tentara Rusia ditangkap setelah menembak mati delapan rekannya dan melukai dua tentara lainnya. Penembakan ini diduga dipicu oleh kekalutan mental atau nervous breakdown yang dialami si tentara yang tengah menjalankan wajib militer itu.

Seperti dilansir Reuters dan AFP, Sabtu (26/10/2019), insiden ini terjadi di sebuah pangkalan militer di wilayah Zabaikalsk, wilayah timur jauh Rusia, pada Jumat (25/10) waktu setempat. Penembakan terjadi saat pergantian giliran untuk tugas jaga di pangkalan militer tersebut.

"Tentara yang melepas tembakan telah ditahan," demikian pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia dalam pernyataannya, seperti dikutip kantor berita Interfax.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Komisi Investigasi Rusia, yang menyelidiki kasus-kasus kriminal besar, menyebut si tentara yang melakukan penembakan bernama Ramil Shamsutdinov. Komisi Investigasi tengah menyelidiki insiden ini sebagai kasus pembunuhan.

Dua tentara yang mengalami luka-luka tengah menjalani perawatan media di rumah sakit militer setempat. Pihak kementerian menyebut luka-luka yang diderita kedua tentara itu tidak membahayakan nyawa mereka.

Pangkalan militer yang menjadi lokasi penembakan terletak di kota Gorny, yang tertutup bagi semua orang yang tidak punya izin khusus. Pangkalan militer itu dikelola oleh Kementerian Pertahanan, tepatnya direktorat yang bertanggung jawab memelihara persenjataan nuklir Rusia.

Otoritas setempat mengklaim insiden penembakan ini tidak berkaitan dengan tugas dan pekerjaan tentara tersebut. "Tindakan dari tentara ini bisa jadi merupakan dampak dari kekalutan mental (nervous breakdown) yang disebabkan oleh situasi personal, tidak terkait pada tugas militernya," sebut Kementerian Pertahanan Rusia dalam pernyataannya.

Tidak disebut lebih lanjut soal mengapa atau dugaan penyebab si tentara itu mengalami nervous breakdown. Diketahui bahwa nervous breakdown merupakan kondisi saat seseorang dilanda stress berat atau kecemasan besar dalam dirinya.


Namun Andrei Kurochkin selaku Wakil Ketua dari Committee of Soldiers' Mother, organisasi yang memperjuangkan hak-hak tentara, menyebut kasus pembunuhan massal seperti itu merupakan dampak dari penganiayaan dan keputusasaan. "Para komandan hanya menutup mata pada kasus-kasus bullying yang sistematis," ucapnya kepada AFP.

Diketahui bahwa praktik perpeloncoan yang brutal menjadi masalah besar di militer Rusia tahun 1990-an lalu, bahkan meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Sementara itu, wajib militer masih menjadi kewajiban bagi kaum laki-laki di Rusia yang berusia antara 18-27 tahun.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads