Seperti dilansir Reuters, Senin (21/10/2019), informasi itu diungkapkan oleh para pejabat pemerintahan Inggris dan Amerika Serikat (AS) pada awal pekan ini.
Disebutkan sejumlah pejabat keamanan Inggris bahwa kelompok peretas Rusia yang bernama 'Turla' dituduh oleh otoritas Estonia dan Ceko telah beroperasi atas nama Dinas Keamanan Rusia atau FSB. Kelompok peretas Rusia itu disebut menggunakan infrastruktur komputer dan peralatan milik Iran untuk meretas organisasi-organisasi di sedikitnya 20 negara berbeda dalam waktu 18 bulan terakhir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut para pejabat itu, operasi peretasan oleh kelompok peretas Rusia ini, yang belum pernah diungkap sebelumnya, merupakan operasi paling aktif di wilayah Timur Tengah yang juga menargetkan organisasi-organisasi di Inggris.
Paul Chichester, seorang pejabat senior pada badan intelijen Inggris, GCHQ, menyebut operasi itu menunjukkan para peretas yang didukung negara yang bekerja dalam 'ruang sangat padat' dan mengembangkan serangan-serangan dan metode baru untuk menutupi jejak mereka dengan lebih baik.
Dalam pernyataan gabungan dengan Badan Keamanan Nasional AS (NSA), Pusat Keamanan Siber Nasional Inggris GCHQ, menyatakan pihaknya ingin meningkatkan kewaspadaan industri soal aktivitas semacam itu dan menjadikan serangan-serangan lebih sulit dilakukan oleh musuh-musuhnya.
"Kami ingin memberikan pesan yang jelas bahwa ketika aktor-aktor siber berupaya menutupi identitas mereka, kemampuan kami pada akhirnya akan mampu mengidentifikasi mereka," tegas Chichester yang juga menjabat sebagai Direktur Operasi NCSC yang masih bagian dari GCHQ.
Para pejabat Rusia dan Iran tidak memberikan tanggapan segera terkait laporan ini. Namun diketahui bahwa Rusia dan Iran telah berulang kali menyangkal tuduhan negara Barat soal aktivitas peretasan ke beberapa negara.
Para pejabat negara-negara Barat menetapkan Rusia dan Iran sebagai dua ancaman paling berbahaya di dunia siber, selain China dan Korea Utara (Korut). Pemerintahan kedua negara sering kali dituduh melakukan operasi peretasan terhadap beberapa negara di dunia.
Para pejabat intelijen menyebut tidak ada bukti kolusi antara Turla dan Iran, yang diwakili oleh kelompok peretas 'APT34' -- yang oleh para peneliti keamanan siber disebut bekerja untuk pemerintah Iran. Dengan demikian, diyakini bahwa para peretas Rusia menyusup ke dalam infrastruktur kelompok peretas Iran demi 'menyamar sebagai musuh yang oleh (negara-negara) korban diperkirakan akan menargetkan mereka'.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini