Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Pekalongan, Budi Raharjo, menjelaskan bahwa catatan pekan lalu ada 26 desa terdampak. Kini terdapat 27 desa terdampak yang tersebar di 11 kecamatan.
"Wilayah terdampak sebanyak 27 desa dengan 36.302 jiwa," kata Budi, Rabu (16/10/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
BPBD sejauh ini terus melakukan penyaluran air ke desa terdampak. Sejak bulan Agustus 2019 hingga Rabu (16/10/2019), total 378 tangki atau sebanyak 1.775.000 liter air bersih.
"Kami sekali kirim bergilir dua truk tangki air, yang satu tangki kapasitasnya 6.000 liter," jelasnya.
Warga Dusun Bantul Wetan, Desa Kesesi, Kecamatan Kesesi, Trikuati (45), mengatakan bahwa daerahnya mulai krisis air bersih sejak awal Agustus kemarin. Warga pun mengandalkan air sungai untuk mandi, cuci bahkan untuk minum.
"Kadang kalau ada uang ya beli air bersih. Satu galon air Rp 3 ribu, butuhnya sehari sampai 4 galon," jelasnya.
Bupati Pekalongan, Asip Kholbihi, mengatakan saat ini pihaknya tengah mengkaji pemanfaatan embung untuk persediaan air bagi masyarakat. Tak hanya untuk penanganan krisis air bersih di musim kemarau saat ini, namun juga untuk mengantisipasi di tahun-tahun mendatang.
"Kita juga lagi melakukan kajian, untuk memanfaatkan embung-embung (danau buatan) yang ada, yang nantinya kita gunakan untuk persediaan air," katanya ditemui di sela dropping air Dusun Bantul Wetan, Desa Kesesi.
![]() |
Dijelaskan Asip, air yang berada di embung terlebih dahulu dilakukan proses water treatment, selanjutnya baru disalurkan ke warga sekitar. Saat ini terdapat lima embung di Kabupaten Pekalongan.
"Kita tadi juga sudah survei keberadaan aset-aset air seperti di Sigesing, untuk dilakukan water treatment, agar bisa digunakan warga," ujarnya.
Selain itu, Pemkab Pekalongan juga telah menyiapkan dana tak terduga sebesar Rp 3 miliar. Dana itu bisa dicairkan sesuai prosedur dan kebutuhan di lapangan.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini