Dampak musim kemarau yang berkepanjangan, volume air di beberapa sumber irigasi berkurang.
"Volume air sudah di bawah ambang batas minimal. Atas pertimbangan volume tersebut, aliran air ke saluran irigasi dihentikan," kata Kabid Irigasi Dinas Pengairan Sumber Daya Air dan Tata Ruang Brebes Anna Dwi Rahayuningtyas Rizky kepada wartawan di kantornya, Rabu (9/10/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk Waduk Malahayu di Desa Malahayu, Kecamatan Banjarharjo, Brebes, alirannya terhenti sejak 6 September lalu. Saat suplesi dihentikan, volume air waduk tersebut tersisa 2.161.470 meter kubik.
Waduk terbesar di Kabupaten Brebes ini memiliki daya tampung 32 juta liter. Ada lima sungai yang menjadi pemasok air di waduk ini, masing-masing Sungai Cigora, Cihalimun, Cicacaban, Sindanghayu, dan Ciomas.
Kemarau panjang yang mendera wilayah Brebes menyebabkan debit air lima sungai itu berkurang. Akibatnya, cadangan air di Waduk Malahayu ini pun ikut menyusut.
"Tanggal 5 September masih dibuka. Volume air masih sekitar 2,5 juta meter kubik," ungkapnya.
Dihentikannya suplesi air Waduk Malahayu menyebabkan 12.378 hektare lahan pertanian ikut terdampak. Area pertanian ini berada di Kecamatan Banjarharjo, Ketanggungan, Kersana, Tanjung, dan Losari.
Untuk Bendung Notog, aliran air dihentikan pada 8 Oktober 2019. Cadangan air yang sangat sedikit di bendung ini menyebabkan jumlah debit air tidak terbaca oleh alat ukur.
"Padahal pada 7 Oktober masih terbaca pada angka 600 kubik per detik. Tapi ini rupanya terus menyusut, sehingga tidak terbaca," imbuhnya.
Dijelaskan Anna, Bendung Notog merupakan sumber irigasi untuk wilayah Pantura, yang meliputi Kecamatan Brebes, Wanasari, dan Bulakamba. Sedangkan untuk Waduk Penjalin, suplesi dihentikan karena sedang proses perbaikan. Proses rehab waduk ini dilakukan selama musim kemarau, saat volume air susut.
Halaman 2 dari 2