Perajin Udeng Batik Banyuwangi Raup Untung Belasan Juta Per Bulan

Perajin Udeng Batik Banyuwangi Raup Untung Belasan Juta Per Bulan

Ardian Fanani - detikNews
Kamis, 03 Okt 2019 08:03 WIB
Udeng Banyuwangi/Foto: Ardian Fanani
Banyuwangi - Kain batik Banyuwangi tidak hanya dibuat baju saja. Namun juga menjadi bahan utama untuk membuat udeng warga Using (suku khas Banyuwangi).

Penutup kepala untuk laki-laki ini sedang 'in' dan banyak diburu masyarakat. Dulu, udeng Banyuwangi hanya berupa lembaran kain. Kini dengan kreativitas Haidi Bing Slamet (38) warga Desa Kemiren, udeng bisa digunakan oleh siapapun. Semua orang bisa tinggal pakai tanpa perlu ribet mengikatkan terlebih dahulu di kepala.

"Kalau dulu udeng itu berupa kain lembaran. Diputar dan dilihat sedemikian rupa dan diikatkan di kepala. Tapi saat ini, saya buat seperti songkok atau topi. Jadi mereka mudah memakainya," ujarnya kepada detikcom, Kamis (3/10/2019).


Untuk ukuran disesuaikan dengan ukuran songkok. Kain lembaran ukuran 1x1 meter dibuat terlebih dahulu menjadi udeng. Kemudian dijahit dan disesuaikan dengan bentuk udeng.

Pemanfaatan batik khas Banyuwangi untuk udeng ini sebenarnya sudah dilakukan sejak lama. Batik yang digunakan pun bermacam-macam. Mulai dari batik gajah uling, totogan, kangkung setingkes, kopi pecah, paras gempal dan berbagai motif khas lainnya.

"Alhamdulillah udeng batik buatan saya banyak yang minat. Ini lagi antre yang pesen," kata Haidi saat ditemui di Gerai Uni Using Kemiren miliknya.

Dalam sehari, Haidi mampu membuat udeng batik hingga 20 buah. "Kalau kayak sekarang, sehari saya bisa buat 15 sampai 20 udeng. Tapi kalau sepi, bisa 5 sampai 10 buah saja," ucapnya.


Harga satu buah udeng batik hasil kreasi Haidi cukup bervariasi. Mulai dari kisaran Rp 150 ribu hingga Rp 350 ribu per buah. Tergantung jenis kain dan batik.

"Kalau batik tulis lebih mahal dibandingkan batik cap. Batik tulis yang saya gunakan dari perajin lokal. Ada gajah oling, totogan, kangkung setingkes dan lain-lain," katanya.

Omzet yang diperolehnya juga lumayan besar. Dalam sebulan, Haidi bisa meraup keuntungan hingga Rp 15 juta. "Rata-rata sehari dapat Rp 500 ribu," ujarnya.

Menurut Haidi, udeng batik hasil kreasinya memiliki kelebihan dari segi artistik dan kenyamanan. "Menurut teman-teman yang beli ke saya, pas dipakai seperti bikinan manual. Itu yang mereka harapkan. Dipakai juga nyaman, karena bahannya dari batik tulis," imbuhnya.

Tak heran, Haidi banjir orderan udeng batik, mulai dari kalangan pejabat, seniman, tokoh masyarakat, maupun wisatawan yang berkunjung ke Banyuwangi. Tak jarang dia juga menerima orderan dari luar daerah.


"Apalagi pas waktu event-event festival seperti Tour de Ijen, Gandrung Sewu, dan festival lainnya orderan full, banyak yang antre," pungkasnya.

Sementara itu Rozik, salah satu konsumen udeng batik Banyuwangi mengatakan, dirinya tak perlu ribet lagi saat menggunakan udeng. Sebab sudah ada udeng batik yang siap pakai. Tak jarang, udeng batik yang dibelinya diminta oleh tamu atau rekan sejawatnya.

"Dulu ada udeng jadi tapi tipis. Ini tidak tebal dan seperti udeng lilitan kain. Sering diminta sama tamu karena saya kan guide. Tapi ya beli lagi. Karena gak ribet pakainya," pungkasnya.
Halaman 2 dari 3
(sun/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.