Kemarau Panjang, Warga di Boyolali Jual Sapi untuk Beli Pakan Sapi

Kemarau Panjang, Warga di Boyolali Jual Sapi untuk Beli Pakan Sapi

Ragil Ajiyanto - detikNews
Rabu, 02 Okt 2019 17:02 WIB
Warga Dukuh Sudimoro, Desa Sangup, Kecamatan Tamansari, Boyolali membeli air dari hasil jual ternak, Rabu (2/10/2019). (Ragil Ajiyanto/detikcom)
Boyolali - Istilah sapi 'makan' sapi benar-benar terjadi di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Warga terpaksa menjual sebagian ternak untuk modal mencukupi kebutuhan pakan bagi ternak lainnya.

Hal tersebut dialami warga di Desa Sangup, Kecamatan Tamansari. Musim kemarau panjang saat ini semakin dirasakan efeknya warga. Bukan hanya kesulitan air bersih, tetapi juga kebutuhan hijauan untuk pakan ternak sapi perahnya.

"Saya sudah menjual cilikan (pedet) untuk membeli pakan bagi sapi-sapi yang besar," kata Gondo, warga Dukuh Sudimoro, Desa Sangup, saat ditemui di kampungnya, Rabu (2/10/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gondo mengaku terpaksa menjual anak sapinya. Pasalnya, penjualan susu perahnya tidak mencukupi untuk membeli komponen pakan ternak saat ini. Mulai air, pakan hijauan, hingga campuran untuk ngombor atau memberi minum sapi, semuanya bisa diperoleh dengan merogoh kocek.

Gondo mengaku memiliki 12 ekor sapi perah dan 6 ekor pedet. Kebutuhan pakan setiap hari mencapai Rp 400 ribu. Dari 12 ekor tersebut, 6 ekor di antaranya saat ini masih diperah susunya. Sedangkan lainnya tidak karena ada yang sedang bunting.

Dari 6 ekor sapi yang diperah, kata Gondo, produksi susunya sekitar 75-85 liter per hari. Harga susu per liter Rp 5.000. Sedangkan harga air bersih di dukuh paling atas di lereng Gunung Merapai sisi timur itu mencapai Rp 300 ribu per tangki.

"Satu tangki (6.000 liter) tidak sampai 10 hari sudah habis," jelasnya.

Air bersih, selain untuk kebutuhan pakan ternaknya, digunakan untuk kebutuhan rumah tangga.


Kemarau Panjang, Warga di Boyolali Jual Sapi untuk Beli Pakan SapiSapi ternak warga Dukuh Sudimoro, Desa Sangup, Kecamatan Tamansari, Boyolali, Rabu (2/10/2019). (Ragil Ajiyanto/detikcom)

Senada, warga lainnya, Naryo, mengemukakan sebagian warga di musim kemarau ini terpaksa mengurangi hewan ternaknya. Uang hasil jual ternak tersebut antara lain juga untuk membeli pakan bagi ternak sapi yang masih dipelihara. Pada musim kemarau ini, semuanya harus beli, termasuk rumput, karena rumput di ladang maupun di hutan semua mengering.

"Ya terpaksa dikurangi untuk ngopeni sapi lainnya. Karena saat ini tidak ada pendapatan dari pertanian. Andalan di musim kemarau hanya tembakau dan cabai, sekarang sudah habis. Tanaman sayuran nggak ada, kalah sama monyet," imbuh dia.

Warga Sudimoro lainnya, Pomo, juga mengaku sudah menjual sebagian hewan ternaknya. Dia menjual ternak sapi penggemukan, kemudian dibelikan yang kecil. Sisanya untuk membeli pakan ternak bagi sapi-sapi yang masih dipelihara.

"Saya ereti. Saya jual yang besar, dibelikan yang kecil, terus sisanya untuk beli pakan dan air bersih," kata Pomo.



Sementara itu, Kepala Dusun Sudimoro, Purwo, mengatakan warga di musim kemarau terpaksa membeli air bersih. Hal ini karena sumber air yang ada debitnya sangat kecil dan tidak mencukupi untuk seluruh warga.

"Jadi harus membeli. Selain untuk kebutuhan rumah tangga, juga untuk ternak sapi perah," terang Purwo.

Untuk membeli air pun warga harus antre. Rata-rata warga harus menunggu 2-3 hari baru mendapatkan pesanan air bersih dari truk tangki swasta.

"Jadi, sebelum air di bak habis, biasanya warga sudah pesan air lagi," pungkasnya.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads