"Nggak, kami nggak ada minat ketemu Ngabalin," kata Budhi saat dihubungi, Sabtu (28/9/2019).
"Kami nggak ingin bertemu siapa-siapa. Kami hanya ingin menyampaikan depan Istana. Istana kan tempat presiden berdiam di sana. Kami ingin menyampaikan permasalahan di negeri ini bukan hanya tanggung jawab DPR, tapi utamanya juga tanggung jawab pemimpin eksekutif, yaitu presiden," imbuh dia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menjawab tantangan untuk membawa data-data terkait isu penanganan aksi mahasiswa yang dinilai represif. Budi mengatakan tujuannya juga bukan untuk membeberkan bukti-bukti.
"Memang tujuan kita besok bukan untuk menyampaikan data, tapi menyikapi situasi terakhir yang terjadi di Indonesia. Misal yang sekarang kita lihat yang menunjukkan penanganan yang tidak seharusnya terjadi terhadap teman-teman mahasiswa. Ini yang kami ingatkan bahwa tidak boleh negara seperti itu," kata Budhi.
Sementara itu, terkait tantangan Ngabalin untuk datang ke lokasi karhutla, Budhi menyatakan sejumlah relawan aksi Mujahid 212 sudah turun ke titik kebakaran. Ia pun menyebut Ngabalin kekanak-kanakan.
"Ngabalin tahu nggak kami sudah ke sana? Banyak relawan yang membantu penanganan karhutla di Kalimantan dan Sumatera. Rata-rata yang turun langsung adalah mereka yang sering hadir aksi 212, baik sebagai relawan maupun ormas, atau menyalurkan dana lewat lembaga. Jadi cukup kekanak-kanakan ya. Kami mengkritisi karena kami tahu kondisi," tegasnya.
Diketahui, massa Aksi Mujahid 212 menggelar aksi demonstrasi di depan Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, hari ini. Ada empat isu yang diusung massa memprotes pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Aksi itu diketuai Edy Mulyadi. Edy mengatakan sedianya aksi ini bernama 'Parade Tauhid Indonesia 2019', tapi diganti menjadi 'Aksi Mujahid 212 Selamatkan NKRI'.
Empat isu yang diangkat massa Aksi Mujahid 212 soal rentetan demonstrasi mahasiswa, penanganan aksi mahasiswa yang dinilai represif, penanganan kerusuhan di Papua, dan penanganan karhutla yang dinilai lamban.
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Ali Mochtar Ngabalin mengaku siap menerima Aksi Massa Mujahid 212. Ia bahkan menantang Edy membawa data-data valid terkait tuntutan yang disampaikan.
"Nanti saya terima di Istana, kasih tau saya mau di mana," kata Ngabalin, Jumat (27/9).
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini