Salah satu saksi mata, Waskita, mengatakan semburan gas beserta lumpur pertama kali diketahui sekitar pukul 13.00 WIB. Padahal di lokasi sama sekali tidak ada aktivitas penggalian tanah.
"Tidak ada kegiatan menggali, tidak ada. Diketahui sekitar pukul 13.00 WIB, itu langsung muncul ada semburan kecil," kata Waskita kepada wartawan di lokasi, Senin (23/9/2019).
Waskita mengatakan rumah yang mengeluarkan semburan merupakan rumah dinas pimpinan perusahaan produksi karpet PT Classic Prima Carpet. Rumah tersebut ditempati Lisawati dan Setiawan sejak tahun 1997.
"Pimpinan kami ibu Lisawati. Saya tadi dari kantor dipanggil oleh pimpinan untuk datang ke sini," kata Waskito yang juga menjabat sebagai HRD PT Classic Prima Carpet.
Dari pengamatan detikcom, titik pusat semburan lumpur ada di taman atau pekarangan depan teras rumah. Semburan tersebut terus meletup dengan letupan paling tinggi sekitar 20 cm. Lumpur yang dikeluarkan berwarna coklat mengkilap.
Jika dipegang lumpur tersebut terasa pekat di tangan. Dan baunya berbau gas. Lumpur tersebut terus meluber ke segala arah.
Waskito mengaku mencoba menghambat melubernya lumpur menggunakan karung plastik. Namun begitu disumbat di satu sisi, lumpur mengalir ke sisi lain.
"Saya mencoba hambat, saya tutup dengan plastik atau glangsing. Ternyata bisa tersumbat, tetapi dia akan pindah ke titik yang lain. Saya tutup lagi pindah ke yang lain," kata Waskita.
Merasa tidak mampu menghentikan lumpur tersebut, Waskita akhirnya melaporkan kejadian tersebut ke pihak berwajib. Petugas dari PGN, Dinas lingkungan hidup Pemkot Surabaya dan Polsek Tenggilis datang ke lokasi.
Pada areal semburan akhirnya ditumpuk batu paving yang dibuat kotak untuk melokalisir lumpur. Lumpur yang tertahan di 'kolam' batu paving tersebut diambil dan dimasukkan karung agar kolam tak penuh oleh lumpur.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini