Berdasarkan keterangan tertulis yang diterima wartawan pada Rabu (18/9/2019), dua orang utan itu diselamatkan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat Seksi Konservasi Wilayah (SKW) 1 Ketapang bersama Yayasan IAR Indonesia di Desa Sungai Awan Kiri, Kecamatan Muara Pawan, Kabupaten Ketapang, pada Senin (16/9/2019).
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedua orang utan ini lantas diberi nama Bara dan Arang. Bara untuk sang orang utan jantan, Arang untuk orang utan betina. Keduanya diperkirakan berusia sekitar 20 tahun.
Kedua orang utan ini ditemukan berada di atas pohon di tengah lahan yang sudah terbakar oleh staf IAR Indonesia ketika sedang melakukan patroli kebakaran. Saat itu kondisi hutan di sekitar orang utan sudah habis terbakar.
IAR Indonesia lantas memutuskan segera mengevakuasi orang utan ini. Tim penyelamat segera bergerak cepat dan dalam tempo kurang dari satu jam. Kedua orang utan itu sudah terbius dan segera diamankan di dalam kandang transportasi.
![]() |
Ketika diselamatkan, kondisi kedua orang utan tersebut sedang mengalami dehidrasi, bahkan ditemukan juga peluru senapan angin di muka salah satu orang utan ini.
Ketua Yayasan IAR Indonesia Tantyo Bangun mengatakan penyelamatan kali ini merupakan bagian dari permulaan. Menurut pengalamannya, dampak kasus karhutla ini bagi orang utan bisa terasa sampai satu tahun.
"Berdasarkan pengalaman kami, pada kasus kebakaran hutan pada tahun 2015, efek kebakaran ini akan terasa bahkan sampai 1 tahun pascakebakaran. Akan banyak sekali orang utan yang kehilangan rumahnya akibat kebakaran ini. Hal ini akan memicu gelombang besar penyelamatan orang utan," kata Tantyo dalam keterangan tertulis kepada wartawan.
Tantyo juga menuturkan, pada karhutla 2015, Yayasan IAR Indonesia dan Kementerian LHK pernah bekerja sama untuk menyelamatkan 40 lebih orang utan. Dari pengalaman itu, dia menyebut tingkat kerentanan orang utan akan kepunahan semakin besar potensinya.
Sementara itu, hal senada disampaikan oleh Direktur IAR Indonesia Karmele Llano Sanchez. Menurut Karmele ancaman karhutla ini merupakan ancaman utama bagi orang utan di Kalimantan Barat. Oleh karena itu, pihaknya terus bekerja tanpa henti untuk menyelamatkan semua orang utan korban karhutla.
"Sudah hampir dua bulan ini tim kami bekerja keras 24 jam tanpa istirahat untuk mengamankan tempat rehabilitasi dari kebakaran, tetapi pekerjaan untuk menyelamatkan semua orangutan yang terancam akibat kebakaran baru aja mulai. Dengan kerjasama tim dari TANAGUPA, BKSDA Kalbar dan Yayasan IAR Indonesia kondisi lebih buruk kedua orangutan ini dapat dihindari," ungkap Karmele.
Simak Video "Mereka yang Tak Kenal Lelah Berjibaku Padamkan Karhutla"
(rdp/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini