Ketua DPRD Sementara Surabaya Adi Sutarwijono mencoba meluruskan terkait pandangan yang terlanjur negatif di masyarakat. Pria akrab disapa Awi itu mengaskan bahwa SK yang dimaksud tidak sampai digadaikan tapi tetap disimpan di rumah.
"Saya luruskan istilahnya. Bukan menggadaikan SK. Melainkan mengambil kredit di bank. Karena setiap anggota Dewan punya gaji rutin, sehingga pinjaman itu bisa diangsur melalui potongan gaji. Sedangkan SK tetap disimpan di rumah," kata Awi saat dihubungi detikcom, Selasa (10/9/2019).
Awi melanjutkan fenomena itu wajar. Karena kebutuhan biaya politik saat ini sangat mahal. Bahkan persaingan antar caleg cenderung brutal.
"Fenomena itu wajar. Karena dalam sistem Pemilu yang sekarang diterapkan, yang cenderung liberal dan individualistik, kebutuhan biaya politik sangat tinggi. Bahkan, beberapa caleg menyebut, persaingan antar-caleg pada Pemilu 2019 cenderung brutal," kata Awi.
Dikatakan Awi, tidak semua para anggota legislatif terpilih saat ini punya anggaran melimpah. Namun juga banyak dari keluarga biasa saja yang maju karena idealisme atau penugasan partai yang tetap membutuhkan biaya tinggi.
"Tidak semua berangkat kampanye punya stok anggaran yang tinggi. Banyak yang berasal dari keluarga biasa-biasa saja. Di antara mereka maju karena penugasan partai, atau idealisme. Tapi toh tetap membutuhkan biaya yang tidak murah," jelas Awi.
Di tengah keterbatasan biaya, karena tidak bisa mengelak dari sistem Pemilu yang individualistik, para caleg lantas menyiasati keterbatasan biaya dengan mencari pinjaman sana-sini," imbuhnya.
"Maka, wajar kalau setelah jadi, mereka mencari kredit pinjaman untuk mengembalikan biaya," tandas alumnus Fisip Universitas Airlangga (Unair) ini.
Simak juga video Barang Impor Ilegal Seharga Miliaran Rupiah di Surabaya Dimusnahkan:
(fat/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini