Mahasiswi dari perguruan tinggi di bawah naungan Pondok Pesantren Gontor itu juga bersilaturahmi dengan Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid (HNW).
"Kami mengucapkan terima kasih atas waktu yang diberikan oleh Bapak untuk menerima kami," ujar pembimbing mereka Moh. Isom Muddin melalui keterangan resmi di Jakarta, Jumat (6/9/2019). Muddin juga didampingi oleh Lailah Alfi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ilmu yang diberikan bisa menjadi 'sangu' (bekal) bagi kami ketika pulang ke kampus," ujar Muddin pria asal Jember itu.
Kedatangan mereka pun dapat sambutan hangat dari HNW. HNW mengatakan sebelum amandemen UUD NRI Tahun 1945, MPR merupakan lembaga tertinggi negara. Selepas amandemen, lembaga negara ini setara dengan lembaga negara lainnya seperti DPR, DPD, MK, BPK, KY, dan Presiden.
Tugas MPR dikatakan seperti melantik Presiden dan Wakil Presiden dan mempunyai wewenang untuk mengubah UUD.
"Dalam UU MD3, MPR bertugas melakukan Sosialisasi Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika," ujarnya.
MPR, menurut HNW, disebut sangat istimewa bagi Gontor. Sebab MPR dua kali dipimpin oleh alumni Gontor. Disebutkan HNW, Idham Chalid yang merupakan alumni Gontor memimpin MPR periode 1972-1977.
"Saya sendiri sebagai Ketua MPR periode 2004-2009. MPR dua kali wakil ketuanya juga dari alumni Gontor," tambahnya.
Ia juga menyebut Lukman Hakim Saifuddin yang saat ini menjadi Menteri Agama adalah Wakil Ketua MPR periode 2009-2014 dan HNW Wakil Ketua MPR periode 2014-2019.
"Masih banyak lagi alumni Gontor yang menjadi orang sukses, seperti menteri, wakil menteri, duta besar, pengusaha, kepala daerah, dan jabatan penting lainnya," tambahnya.
Diterimanya alumni Gontor di berbagai lembaga menurut pria asal Klaten, Jawa Tengah itu karena di pondok pesantren diberikan berbagai macam kegiatan esktrakurikuler dan kompetisi antarsantri. Kegiatan-kegiatan yang ada di pondok menurutnya menjadi bekal ketika terjun di masyarakat.
"Di Gontor tidak diajarkan memimpin sidang paripurna namun berbagai kegiatan telah kami lakukan sehingga membuat kami bisa melakukan apa saja," tuturnya.
Gontor, lanjut HNW, juga tidak memiliki pelajaran mendirikan partai politik. Akan tetapi para alumni Gontor bisa melakukannya karena ilmu dari Gontor. Untuk itulah dirinya mendorong kepada para mahasiswi Unida agar menghayati etos dan ilmu yang diberikan oleh Gontor.
Diterimanya alumni Gontor di berbagai lini kehidupan masyarakat, menurut HNW tidak hanya karena kecakapan ilmu yang dimiliki tetapi juga karena dorongan untuk mengabdi. Sesuai dengan hymne pondok, diharapkan santri dan alumni mengabdi pada tiga ibu.
"Kita dorong untuk mengabdi pada tiga ibu, yakni orang tua, pondok, serta bangsa dan negara," ucapnya.
Tamu yang diterima oleh HNW kali ini semua adalah perempuan. Dirinya mendorong mereka untuk bisa seperti alumni Gontor lainnya. Dikatakan bangsa ini tak pernah mendikotomikan peran perempuan dan laki-laki. "Untuk menjadi pimpinan lembaga negara tak ada perbedaan gender," ungkapnya.
"Di MK untuk menjadi hakim syaratnya bukan karena laki-laki atau perempuan namun harus mampu menjadi negarawan", tuturnya.
Sehingga, kata HNW, tak ada halangan bagi kaum perempuan untuk mengabdi kepada negara.
Tonton juga video HNW Sebut MPR Rapat Semalam Bukan Ketuk Palu Penambahan Pimpinan:
(ujm/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini