Kajian yang melibatkan mahasiswa dan seniman ini dipusatkan di Sekretariat Pengurus PMII Komisariat Sekolah Tinggi Agama Islam Nurul Huda (STAINH) di Kelurahan Mimbaan, Kecamatan Panji.
Melalui kajian yang diadakan kelompok penulis Literasi Kampungan tersebut, sebagian pihak meragukan keaslian cerita KKN Desa Penari, yang seperti ditulis di akun Twitter @SimpleM81378523. Salah satunya, karena alur cerita yang dianggap berlebihan untuk terjadi dalam kisah nyata.
"Ceritanya terlalu dramatis. Terutama penokohan cerita, yakni Nur yang dikisahkan bisa melihat makhluk halus. Ini mengesankan Nur sengaja dibentuk sebagai orang yang bisa memonitor alur cerita," kata Direktur Literasi Kampungan, Izzul Muttaqin.
Menurut pria penulis novel 'Menggapai Kosong' itu, tanpa sosok Nur, kisah horor KKN Desa Penari itu tidak akan detail. Dengan demikian, alur cerita mistis itu tampak sebagai upaya penulis untuk bercerita.
"Jadi kemungkinan besar cerita KKN di Desa Penari ini dibuat-buat. Atau memang kisah nyata namun terlalu banyak bumbu untuk memperindah cerita," ungkap alumnus Ponpes Salafiyah Syafi'iyah, Sukorejo, Situbondo, itu.
Namun, ada sebagian pihak yang yakin cerita KKN Desa Penari itu adalah kisah nyata. Seperti disampaikan seniman asal Banyuwangi, Muh Iqbal Maulana. Menurut dia, cerita itu memang benar adanya. Bahkan, jika mengikuti alur cerita, latar tempat yang dimaksud itu identik dengan Desa Bayu, Kecamatan Songgon.
Menurut Iqbal, di Desa Bayu memang terkenal dengan cerita mistis. Di sana ada aturan agar orang yang datang tidak melakukan hal yang tidak senonoh. "Contohnya saya sendiri. Saya pacaran di sana, tiba-tiba putus. Memang banyak kejadian aneh di sana. Saya orang Banyuwangi. Jadi tahu cerita itu," beber Iqbal.
Sementara itu, Sekretaris I PK PMII STAINH, Marzuki, mengaku percaya pada kisah horor KKN Desa Penari, karena penulisan ceritanya cukup detail. Menurut dia, jika kisah itu fiksi, sulit diceritakan secara detail.
"Namun, faktanya, penulis sangat detail menceritakan. Ini menunjukkan bahwa kisah ini nyata, meski tidak seratus persen sesuai dengan yang diceritakan," tuturnya.
Penulis antologi puisi Naluri Semesta, Wilda Zakiyah, berharap kegiatan serupa terus dilaksanakan oleh kelompok Penulis Literasi Kampugan, sehingga penulis yang tergabung bisa belajar cara menganalisis karya sastra.
Simak Video "Gagal Seram! Ini Meme-meme Kocak KKN di Desa Penari"
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini