Jadi Kontroversi, Begini Pernyataan 'Sriwijaya Kerajaan Fiktif' Ridwan Saidi

Jadi Kontroversi, Begini Pernyataan 'Sriwijaya Kerajaan Fiktif' Ridwan Saidi

Rakhmad Hidayatulloh Permana - detikNews
Rabu, 28 Agu 2019 17:46 WIB
Foto: Ridwan Saidi di acara bertema
Jakarta - Budayawan Betawi, Ridwan Saidi menuai kontroversi usai menyebut Kerajaan Sriwijaya sebagai kerajaan fiktif. Pria yang akrab disapa Babeh ini bahkan menyebut Kerajaan Sriwijaya merupakan bajak laut. Begini pernyataannya.

Ucapan Ridwan ini ada dalam sebuah video berdurasi 15 menit yang diunggah oleh akun Macan Idealis. Video itu sendiri sudah ditonton lebih dari 299 ribu kali. Dalam video tersebut, Saidi nampak menjawab sejumlah pertanyaan Vasco Ruseimy yang merupakan eks Juru Bicara BPN Prabowo-Sandi.


Mulanya, dalam video tersebut Saidi menjelaskan soal pernyataannya yang menyebut Fatahillah adalah Yahudi Barbar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Fatahillah itu Yahudi Barbar, apa maksudnya beh?" tanya Vasco dalam video yang dilihat oleh detikcom pada Rabu (28/8/2019).

"Maksudnya jelas. Karena begini ya, cerita politik Eropa setelah penaklukan Konstantinopel 1453 oleh Ottoman itu waktu perdagangan dikuasai Islam. Jadi ada kemarahan orang Yahudi terhadap peran Islam. Lalu di situ Raja Portugal mempunyai firasat bahwa ini akan menuai konflik. Maka dia tugaskan FernΓ£o Mendes Pinto dengan 7 orang kawannya untuk mengintai gerakan-gerakan Yahudi itu. Itulah laporan FernΓ£o Mendes Pinto, dia intai mulai Akhem tempat yang di sebelah barat Al-Jir. Lalu gerakan ini singgah di Mesir lalu mengontak Sherrif, itu Yahudi kaya di Mesir. Dipanggilnya Sherrif," tutur Saidi.

Saidi menyebut Raja di Terengganu terusir karena kehadiran kaum Yahudi. Oleh sebab itu, kerajaan ini lantas meminta bantuan dari kerajaan-kerajaan Melayu yang ada di Indonesia.

"Dia masuk, lalu Terengganu terusir. Di sini saya akan berbicara tentang persatuan Indonesia. Raja Terengganu meminta bantuan seluruh kerajaan-kerajaan Melayu Indonesia untuk mengusir Yahudi dari situ. Pada 1559. Sampai Saparua ikut mengirimkan pasukannya," katanya.

"Kemudian, kawan kita raja terusir ini mengerahkan seluruh Kerajaan Melayu di Indonesia. Yang ada di wilayah Indonesia mengirimkan kontingen (rombongan)," sambungnya.


Kemudian Saidi ditanya soal kerajaan-kerajaan mana saja yang mengirim kontingennya. Saidi menyebut kerajaan Majapahit tidak mengirimkan kontingen karena saat itu sudah redup. Selanjutnya, ketika ditanya soal Kerajaan Sriwijaya, Saidi mengatakan Kerajaan Sriwijaya itu fiktif.

"Contohnya, Majapahit masuk di situ," tanya Vasco.

"Waktu itu Majapahit sudah redup," jawab Saidi.

"Atau Sriwijaya?" tanya Vasco lagi.

"Sriwijaya, itu kerajaan fiktif, kita nggak sebut ya. Entar kita cerita. Yang saya sebut Saparua misalnya," jawab Saidi menegaskan ucapannya.

Saidi lantas menjelaskan bahwa saat itu yang mengirimkan kontingen adalah Kerajaan Pagaruyung, sahabat Negeri Sembilan. Pada menit 6.00 Saidi mengulangi lagi pernyataannya soal Sriwijaya kerajaan fiktif. Bahkan, kali ini dia mengatakan bahwa Kerajaan Sriwijaya adalah bajak laut. Saidi juga menampik soal bukti-bukti sejarah Kerajaan Sriwijaya.

"Jadi besar beh, Kerajaan Pagaruyung ini?" tanya Vasco lagi.

"Besar. Besar dong. Pagaruyung. Artinya lurus dan memanjang," jawabnya.


Vasco Ruseimy kembali bertanya, "Sama Sriwijaya Jauh?"

"Sriwijaya ini kan kerajaan fiktif. Itu kan bajak laut yang berpangkalan di Koromandel," tukasnya.

"Tapi kan ada bukti-bukti sejarahnya?" tanya Vasco.

"Tidak ada. Semuanya dongeng. Nggak ada jejaknya. Jadi kirim pasukan Palembang. Bukan Sriwijaya. Itu waktu sudah kesultanan Palembang. Digebahlah Patih Terengganu ini," jawab Saidi tegas.

Diprotes Pemkot Palembang, Sumsel

Pernyataan Ridwan Saidi ini kemudian memicu protes. Protes itu datang dari Pemkot Palembang, Sumsel.

"Ya kita kecewa dengan kalimat seperti yang menyebut kerajaan Sriwijaya fiktif. Apalagi beliau (Ridwan Saidi) itu adalah budayawan," ujar Kabag Humas Pemkot Palembang, Amiruddin saat dihubungi, Rabu (28/8/2019).

Menurut Amir, pihak Pemkot Palembang sedang melakukan pembahasan untuk menindaklanjuti pernyataan Ridwan Saidi tersebut. Pembahasan ini juga untuk menentukan dilakukan-tidaknya upaya hukum terhadap Ridwan Saidi.


Penjelasan Ridwan Saidi

Ridwan Saidi sudah memberikan penjelasan terkait ucapannya yang menyebut Kerajaan Sriwijaya itu fiktif. Menurutnya, dia hanya menambahkan argumen.

"Saya hanya menambahkan argumen," kata Ridwan kepada detikcom, Rabu (28/8/2019).

Ridwan kemudian berbicara soal awal mula 'Kerajaan Sriwijaya fiktif'. Dia menyebut ada kekeliruan dalam menerjemahkan Sriwijaya pada Prasasti Kedukan Bukit abad ke-7.

"Mereka menyangka itu bahasa Sanskerta, lalu terjemahannya jadi kacau balau, lalu mereka simpulkan kalau prasasti itu menyatakan seorang bernama Dapunta Hyang bawa 20 ribu tentara bikin kerjaan, itu yang dia salah. Itu nggak ada urusannya dengan tentara, itu adalah teologi Kaum Saba, Kaum Saba itu kaum dari Queen of Sheba yang menganut monoteisme Musa," jelasnya.


Ridwan Saidi juga tak mempersoalkan pihak yang memprotesnya. Menurutnya, dia berhak menyampaikan sesuatu yang dianggapnya benar.

"Saya hanya menambahkan argumen saya. Kalau orang mau berbuat apa pun terhadap diri saya, saya nggak hirau, saya nggak mau berpolemik soal hak orang, biarin aja. Hak orang masing-masing, saya kan punya hak untuk menyatakan apa yang saya anggap benar dan tidak menyinggung suku bangsa, agama perorangan, kan nggak ada yang saya singgung, jadi saya hanya menambahkan argumentasi," jelas Ridwan.
Halaman 2 dari 3
(knv/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads