Suratno merupakan pegawai negeri sipil (PNS) yang bertugas sebagai petugas perpustakaan di SMP Negeri 4 Banyumas.
"Setelah menghilang, pada saat itu muncul kasus Gafatar, sehingga orang-orang berspekulasi jangan-jangan ikut Gafatar. Asumsi awal ikut Gafatar. Setelah itu, nggak tahu," kata Nasrun, salah seorang guru senior di SMP Negeri 4 Banyumas, kepada wartawan, Rabu (28/8/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Spekulasi mereka bergabung degan Gafatar mengemuka karena pada saat itu ramai kasus Gafatar. Saat itu ada beberapa warga Banyumas yang turut bergabung dengan Gafatar di Kalimantan.
Sementara itu, menurut Kepala Tata Usaha (TU) SMP Negeri 4 Banyumas, Suparyo, memaparkan Suratno terakhir datang ke sekolah pada 4 Oktober 2014 atau lima hari sebelum hari nahasnya 9 Oktober 2019.
Bahkan, pada 9 Oktober, pihak sekolah mendatangi kediaman Misem untuk menanyakan keberadaan Suratno. Jawaban yang didapat kala itu dari Saminah, adik Suratno, adalah yang bersangkutan merantau ke luar kota.
"Pada saat itu Kepala TU lama dan rekan kerja ke sana untuk minta konfirmasi. Menurut Saminah, jawabannya (Suratno) pergi meninggalkan rumah bersama anak perempuannya sejak 4 Oktober," kata Suparyo.
Pihak sekolah akhirnya secara bertahap mengirimkan surat teguran secara bertahap karena PNS tersebut tidak masuk tanpa kabar. Hingga akhirnya Suratno diberhentikan secara hormat pada 17 Maret 2015.
Kapolres Banyumas AKBP Bambang Yudhantara Salamun mengatakan pihak kampus juga sempat mencari keberadaan Vivin, korban lain yang merupakan anak Suratno. Vivin adalah mahasiswi di IAIN Purwokerto. Namun jawaban serupa yang didapatkan dari keluarga, mereka merantau.
Tonton video 4 Kerangka di Banyumas Korban Pembunuhan, Pemicunya Harta Warisan:
(arb/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini