Dia adalah Prof Dr Terry Mart. Terry adalah pria kelahiran Palembang, 3 Maret 1965. Dia adalah Guru Besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (UI).
Sebagaimana siaran pers LIPI, Rabu (21/8/2019), Sang Pakar Fisika Nuklir dan Partikel itu akan diganjar Sarwono Award XVIII.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penganugerahan gelar akan dilangsungkan pada Kamis (22/8) besok. Terry diberi penghargaan karena dia dinilai sebagai sosok yang memiliki dedikasi tinggi dalam bidang fisika partikel kaon.
"Kerja ilmiah Prof Terry dimulai dari tahun 1987 ketika beliau menyusun skripsi sarjana. Model produksi partikel kaon miliknya telah menjadi acuan peneliti yang menekuni bidang tersebut di seluruh dunia," Kata Kepala LIPI, Laksana Tri Handoko.
Hasil penelitiannya yang berkaitan dengan fisika partikel dan nuklir telah dicurahkan ke kurang lebih 133 publikasi baik jurnal ilmiah maupun publikasi populer. Terry juga menjadi pembicara di 62 konferensi ilmiah internasional maupun nasional.
Tery juga telah menerima penghargaan, yakni Penghargaan Habibie Award (2001), dosen berprestasi III UI (2004), Leading Scientist dari COMSTECH/Organisasi Konferensi Islam (2008), Ganesa Widya Jasa Adiutama dari ITB (2009), Anugerah Kekayaan Intelektual Luar Biasa dari Departemen Pendidikan Nasional (2009), dan Outstanding Southeast Asian Scientists dari SEA-EU NET (South East Asia-European Union Network) 2009.
"Dedikasi, kontribusi pemikiran dan produktivitas publikasi menjadikan Prof terry Mart sebagai tokoh pemikir dan ilmuwan berkelas dunia dan dapat menjadi inspirasi bagi dunia penelitian, sivitas peneliti, dan akademisi Indonesia untuk secara sungguh-sungguh fokus dalam mengembangkan kepakarannya," kata Handoko.
Pada acara penganugerahan penghargaan ilmu pengetahuan LIPI Sarwono Award XVIII besok,
"Dedikasi, kontribusi pemikiran, dan produktivitas publikasi menjadikan Prof terry Mart sebagai tokoh pemikir dan ilmuwan berkelas dunia dan dapat menjadi inspirasi bagi dunia penelitian, sivitas peneliti, dan akademisi Indonesia untuk secara sungguh-sungguh fokus dalam mengembangkan kepakarannya," kata Kepala LIPI, Laksana Tri Handoko.
Prof Dr Irwandi Jaswir juga akan menyampaikan orasi ilmiah berjudul 'Menjadi Periset Berkelas Dunia di Era Industri 4.0'. Irwandi adalah pelopor halal science, orang Indonesia kedua yang menerima King Faisal International Prize. Orang ertama yang menerima penghargaan itu adalah Perdana Menteri Mohammad Natsir 40 tahun lalu.
"Risetnya adalah untuk mendeteksi zat-zat haram dan mengembangkan bahan alternatif untuk pengganti bahan yang tidak halal dalam makanan, obat-obatan, kosmetik, hingga produk jasa," kata Handoko.
(dnu/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini