Sejak muda, Pak Kumis mengaku tak berani bermimpi untuk bisa menunaikan haji di Tanah Suci. Pasalnya, hasil dari menjual pentol hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari.
Namun siapa yang menyangka, Pak Kumis bersama istrinya, Nikmatul Qomariah akhirnya tercatat sebagai calhaj kloter 53 asal Kabupaten Jombang.
"Ya dulu ga pernah kepikiran naik haji. Mosok iyo, masak bisa, wong cuma jualan pentol," kata Pak Kumis saat ditemui di Asrama Haji Embarkasi Surabaya (AHES) Sukolilo Surabaya, Minggu (28/7/2019).
Penjual pentol di pertigaan SMPN 2 Jombang ini pun mengisahkan lika-liku hidupnya. Sutrio mengatakan pada 1994 silam, dia mengawali usahanya berjualan pentol keliling desa hingga lima kilo meter dengan memakai sepeda angin.
Saat itu, pentol yang dia jual terbilang sedikit, yakni hanya menjual 3 kilogram adonan pentol. Setiap hari, dia mendapatkan penghasilan kotor terbanyaknya sebesar Rp 50 ribu.
Sutrio juga menceritakan ada titik yang membuat dirinya merasa terpanggil untuk menunaikan Rukun Islam ke-5 ini. Kira-kira sejak 2007, dia mulai menyisihkan keuntungannya untuk tabungan haji.
Uang ini pun dia tabung di bawah kasur yang dia tempati. Sekira tahun 2010, Sutrio tak menyangka tabungan di kasurnya terkumpul hingga Rp 20 juta.
"Saya ambil 13 juta rupiah. Saya daftarkan haji ke KBIH memakai dana talangan. Tiga belas juta itu untuk dua orang, saya dan istri saya," imbuhnya.
Niat baiknya Sutrio untuk menunaikan haji pun disambut baik semesta. Sutrio tak menyangka dagangan pentol yang tadinya hanya 3 kilogram adonan, kini menjadi 25 kilogram.
Dia tak menyangka pentolnya banyak diminati masyarakat. Sutrio mengaku pelanggannya kini cukup banyak.
Sutrio menambahkan dirinya mematok harga Rp 250 untuk satu biji pentol yang ia jual. Kini, Sutrio tak lagi keliling desa untuk menjajakan pentolnya. Karena dia telah memiliki tempat mangkal atau gerobak pentolnya di perempatan SMPN 2 Jombang.
Saban hari, Sutrio memulai aktivitasnya berbelanja bahan ke pasar usai salat subuh. Sepulang dari pasar, dia dan istrinya mengolah adonan pentol, lalu berjualan mulai pukul 09.00 hingga pukul 17.00 WIB.
Saat ditanya omzet penjualannya setiap hari, Sutrio mengatakan bisa mengantongi uang sebanyak Rp 1.700.000 setiap kali pulang jualan pentol. Namun Sutrio enggan menyebut keuntungan bersihnya. Dia mengaku tak menyangka niat baiknya ke Baitullah bisa dimudahkan dengan limpahan rezeki.
"Alhamdulillah, sekarang bisa membuat pentol dengan bahan dagingnya 25 kilogram. Dapat uangnya Rp 1,7 juta penghasilan kotornya," lanjutnya.
Sementara saat ditinggal pergi berhaji, Sutrio mengatakan penjualan pentolnya akan libur sementara. Karena anak-anaknya tidak ada yang bisa menggantikan pekerjaannya dalam berjualan pentol.
Nantinya, sepulang dari berhaji, Sutrio akan kembali menekuni pekerjaannya berjualan pentol. Menurutnya, pekerjaan inu membawa banyak keberkahan hingga mampu mengantarkan dia dan istrinya pergi haji, juga membiayai pendidikan anak-anaknya hingga jenjang perguruan tinggi.
Tonton video Musim Haji Tiba, Fotografer Raup Jutaan Rupiah!:
(hil/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini