Menanggapi kabar tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat mengimbau warga tidak panik. Sebaliknya, kabar yang beredar seharusnya memicu kesadaran bersama meningkatkan kesiapsiagaan.
"Paling tidak kita tahu apa yang harus dilakukan jika gempa terjadi. Hal ini merupakan bagian terpenting dari mitigasi (pengurangan risiko) bencana," kata Diannita Agustinawati, Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Pacitan saat berbincang dengan detikcom, Selasa (23/7/2019).
Diannita menegaskan pentingnya membudayakan kewaspadaan dini. Dia kembali mengingatkan jargon 20:20:20 yang belakangan kerap digaungkan. Formula hasil penelitian sebuah perguruan tinggi di Amerika Serikat itu dinilai efektif dalam membangun kesiapsiagaan.
Makna dari jargon tersebut yakni jika terjadi gempa selama 20 detik, warga di kawasan pantai hanya memiliki waktu 20 menit untuk evakuasi. Selanjutnya mereka diimbau segera menyelamatkan diri ke tempat dengan ketinggian 20 meter atau lebih.
"Memang terdengar sederhana. Namun slogan tersebut sangat bagus jika kita camkan sebagai pengingat," paparnya seraya menjelaskan jika pihaknya terus memperkenalkan jargon tersebut pada tiap kesempatan.
Soal reaksi warga di sepanjang pantai yang cenderung khawatir, Diannita berusaha memahaminya. Hanya saja mereka diminta tetap tenang. Sebab hingga saat ini belum ada teknologi yang mampu mendeteksi kapan gempa terjadi.
"(Kabar) yang beredar itu adalah tentang potensi, bukan prediksi," ucapnya di sela mendampingi Tim Ekspedisi Desa Tangguh Bencana Gempa dan Tsunami BNPB yang tengah mengadakan kegiatan di Kota 1001 Gua. (sun/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini