Ini 4 Wanita 'The Squad' Anggota Kongres AS yang Terus Diserang Trump

Ini 4 Wanita 'The Squad' Anggota Kongres AS yang Terus Diserang Trump

Novi Christiastuti - detikNews
Senin, 22 Jul 2019 13:02 WIB
(kiri ke kanan) Rashida Tlaib, Ayanna Pressley, Ilhan Omar dan Alexandria Ocasio-Cortez (Alex Wroblewski/Getty Images/AFP)
Washington DC - Empat wanita anggota Kongres Amerika Serikat (AS) terus menjadi sorotan setelah diserang oleh Presiden AS Donald Trump dalam komentar-komentar bernada rasis. Keempat wanita yang dijuluki 'The Squad' ini sama-sama berasal dari Partai Demokrat dan baru menjabat untuk periode pertama. Siapa saja mereka?

Seperti dilansir CNN, Senin (22/7/2019), keempat wanita itu semuanya merupakan anggota House of Representatives (HOR) atau DPR di AS. Alexandria Ocasio-Cortez mewakili New York, Rashida Tlaib mewakili Michigan, Ayanna Pressley mewakili Massachusetts dan Ilhan Omar mewakili Minnesota.

Ocasio-Cortez yang biasa dipanggil AOC merupakan keturunan Puerto Rico, Tlaib keturunan Palestina, Pressley keturunan Afrika-Amerika dan Omar keturunan Somalia. Keempatnya berstatus warga negara AS secara legal, dengan Omar diketahui lahir di Somalia dan mengungsi ke AS sejak masih anak-anak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Keempat wanita itu diketahui tidak hanya terlibat pertikaian dengan Trump dan Partai Republik, tapi juga pernah bertikai dengan Ketua DPR, Nancy Pelosi yang juga dari Partai Demokrat. Pertikaian dipicu oleh dorongan yang dicetuskan keempat wanita itu untuk membawa Partai Demokrat sedikit ke arah politik sayap kiri.

Sejak resmi menjabat pada Januari lalu, keempat wanita anggota Kongres AS itu membangkitkan basis progresif berkat kecakapan mereka di media sosial. Namun di sisi lain, mereka juga memicu kontroversi, khususnya karena kritikan terhadap hubungan erat AS dengan Israel.

Pandangan-pandangan itu, ditambah dengan latar belakang mereka, menjadi fokus serangan Trump. Secara keliru, Trump mengisyaratkan empat wanita itu tidak mencintai AS dan menyerukan agar mereka 'dipulangkan (ke negara asal) dan membantu memperbaiki tempat-tempat yang rusak total dan dipenuhi kejahatan yang menjadi asal mereka'.


Serangan Trump terhadap mereka mencuat setelah mereka mengecam pemerintahan Trump terkait kondisi memprihatinkan di fasilitas penahanan imigran di perbatasan selatan AS. Dalam konferensi pers menanggapi serangan Trump, keempat wanita itu mempertegas bahwa mereka tidak bisa dibungkam.

Berikut sekilas mengenai sosok keempat wanita 'The Squad' tersebut:

Alexandria Ocasio-Cortez

Ocasio-Cortez (AOC) yang berusia 29 tahun, mencetak sejarah sebagai wanita termuda yang terpilih menjadi anggota Kongres AS. Tahun lalu, dia mengalahkan kandidat incumbent dari Partai Demokrat, Joe Crowley, yang sudah menjabat selama 10 periode.

Lahir dan besar di Bronx, New York, AOC merupakan putri dari orang tua kelas pekerja yang datang dari Puerto Rico. Wanita yang pernah bekerja sebagai bartender ini mewakili wilayah Distrik Kongres ke-14 di New York, yang mencakup Bronx bagian timur dan Queens bagian utara.

Sebagai anggota organisasi Democratic Socialists of America, AOC menjadi pendukung gagasan-gagasan progresif seperti 'Medicare for All' yang mengatur soal upah minimum US$ 15 per jam dan amnesti pinjaman mahasiswa. Sosoknya kini tercatat sebagai salah satu anggota HOR paling menonjol di AS dengan follower Twitter mencapai 5 juta orang.

Alexandria Ocasio-CortezAlexandria Ocasio-Cortez Foto: Alex Wroblewski/Getty Images/AFP

AOC juga diketahui menyerukan pembubaran Immigration and Customs Enforcement (ICE), badan federal di bawah Departemen Keamanan Dalam Negeri AS yang bertugas menegakkan aturan imigrasi. Tidak hanya itu, AOC juga secara vokal melontarkan kritikan tajam terhadap kondisi memprihatikan para imigran di pusat-pusat penahanan di perbatasan AS-Meksiko.

Usai diserang Trump, AOC menyampaikan pernyataan yang menantang terhadap Trump. "Pemimpin dan pemikiran yang lemah menantang loyalitas terhadap negara kita demi menghindari tantangan dan perdebatan kebijakan," ucapnya pada Senin (15/7) lalu.

"Dia (Trump-red) tidak bisa melihat seorang anak di wajahnya dan dia tidak bisa melihat pada semua warga Amerika dan membenarkan mengapa negara ini melemparkan mereka ke dalam kandang-kandang. Jadi dia malah memberitahu kami bahwa saya harus kembali ke asal saya di wilayah Bronx yang hebat dan menjadikannya lebih baik. Dan itulah yang saya lakukan di sini," tegas AOC.


Rashida Tlaib


Tlaib yang berusia 42 tahun ini mencetak sejarah sebagai wanita keturunan Palestina-Amerika pertama yang menjabat di Kongres AS. Dia bersama Omar -- salah satu anggota The Squad -- menjadi dua wanita muslim pertama yang terpilih menjadi anggota Kongres AS.

Di DPR, Tlaib mewakili Distrik Kongres ke-13 di Michigan. Dia juga sebelumnya mencetak sejarah sebagai wanita muslim pertama di dewan negara bagian Michigan. Tlaib yang merupakan anak sulung dari 14 bersaudara ini lahir dari orangtua imigran Palestina. Dia menjadi yang pertama di keluarganya yang berhasil lulus sekolah menengah dan universitas.

Rashida TlaibRashida Tlaib Foto: Brendan Smialowski/AFP

Sama seperti AOC, Tlaib juga mendukung gagasan progresif seperti Medicare for All dan menyerukan pembubaran ICE. Beberapa jam setelah dilantik menjadi anggota Kongres AS, Tlaib menjadi pemberitaan utama media AS saat menyatakan kepada para hadirin dalam sebuah acara progresif bahwa dirinya akan memakzulkan Trump.

"Kita akan masuk ke dalam sana dan kita akan memakzulkan motherf****r," ucap Tlaib saat itu merujuk pada Trump.

Tlaib memposisikan dirinya dengan klausul politik di luar kalangan mainstream Demokrat, saat dia menyatakan dukungan pada gerakan 'Boikot, Divestasi dan Sanksi' yang menargetkan Israel.

Ayanna Pressley

Pressley mencetak sejarah sebagai anggota kulit hitam pertama yang mewakili Massachussetts di Kongres AS. Tahun lalu, dia mengalahkan kandidat incumbent, Mike Capuano, yang sudah 20 tahun menjabat di Distrik Kongres ke-7 di Boston, Massachusetts, yang pernah menjadi konstituen John F Kennedy.

Nyaris satu dekade lalu, Pressley menjadi wanita kulit hitam pertama yang terpilih menjadi anggota Dewan Kota Boston. Sosoknya telah sejak lama dipandang sebagai rising star dalam perpolitikan Partai Demokrat.

Pressley yang kini berusia 45 tahun pernah bicara secara terang-terangan soal ayahnya yang dipenjara saat dia kecil dan soal kisahnya sebagai korban pemerkosaan. Suatu waktu, dia pernah berkata, "Orang-orang yang paling dekat dengan rasa sakit harus paling dekat dengan kekuasaan."

Ayanna Pressley (baju merah)Ayanna Pressley (baju merah) Foto: Alex Wroblewski/Getty Images/AFP

Awal bulan ini, Pressley bicara soal buruknya kondisi para imigran yang ditahan dan semakin meningkatnya krisis kemanusiaan di perbatasan AS-Meksiko, setelah dia mengunjungi fasilitas perbatasan di Texas bersama para anggota DPR dari Partai Demokrat lainnya.

Menanggapi serangan dari Trump, Pressley hanya mengharapkan agar publik tidak terpancing dan tetap fokus pada isu krisis kemanusiaan yang terjadi di perbatasan. Dia juga menegaskan bahwa dirinya dan para anggota Kongres lainnya tidak bisa dibungkam.

"Skuad kami besar. Skuad kami terdiri dari setiap orang yang berkomitmen dalam membangun dunia yang layak dan adil, dan itulah kinerja yang ingin kami capai dan merujuk pada besarnya skuad ini dan negara yang jebat ini, kami tidak bisa, kami tidak akan dibungkam," tegas Pressley dalam tanggapan pada 15 Juli lalu.


Ilhan Omar

Omar yang berusia 37 tahun mencetak sejarah sebagai anggota keturunan Somalia-Amerika pertama di Kongres AS. Dia bersama Tlaib menjadi dua wanita muslim pertama yang terpilih menjadi anggota Kongres AS.

Diketahui bahwa Omar tiba di AS sekitar lebih dari dua dekade lalu, sebagai pengungsi dari Somalia. Omar resmi menjadi warga negara AS tahun 2000 saat usianya menginjak 17 tahun. Tahun lalu, Omar memenangkan kursi anggota DPR untuk Distrik Kongres ke-5 di Minnesota.

Omar saat itu mencalonkan diri dengan dukungan Justice Democrats, kelompok progresif yang sama yang mendukung AOC. Omar juga seorang pendukung Medicare for All, pembubaran ICE dan kenaikan upah minimum menjadi US$ 15 per jam.

Ilhan OmarIlhan Omar Foto: Brendan Smialowski/AFP

Dalam Kongres AS, Omar dikenal sebagai pengkritik keras perlakuan Israel terhadap Palestina. Dalam salah satu kicauan Twitter, Omar pernah menyebut pemerintah Israel sebagai 'rezim apartheid Israel'. Awal tahun ini, Omar meminta maaf setelah dikecam karena menyebut dukungan Republikan terhadap Israel didasari oleh donasi dari kelompok lobi terkemuka yang pro-Israel, American Israel Public Affairs Committee (AIPAC).

Pandangan kontroversial Omar soal Iran menjadi kritikan di Capitol Hill. Kepada CNN sebelumnya, Omar menyatakan dirinya tidak terkejut bahwa posisinya menarik perhatian dan menyatakan situasinya cukup 'menyenangkan' bagi dirinya untuk memicu perdebatan.

Soal komentar Trump, Omar menyebutnya sebagai 'serangan rasis terang-terangan terhadap empat anggota terpilih pada DPR AS, yang semuanya adalah wanita kulit berwarna'.

"Ini adalah agenda nasionalis kulit putih, apakah itu terjadi di ruang obrolan atau terjadi di televisi nasional, dan sekarang mencapai taman Gedung Putih," tegasnya.

Halaman 2 dari 2
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads