Ada yang menggelar Reog di Balai Desa, ada pula yang membawanya berkeliling kampung. Lengkap dengan tokoh-tokohnya seperti Pangeran Kelono Sewandono, Warok, Jathil, Bujang Ganong dan pengiringnya.
Kemudian ada yang masih menjaga tradisi lama dengan cara membakar dupa. Kemudian menyiapkan sesaji sebelum pertunjukan dimulai.
Ipong bersyukur melihat antusiasme masyarakat. Ia senang imbauannya kepada para kades saat dilantik benar-benar diindahkan.
"Imbauannya setiap tanggal 11 tiap bulannya harus ada pertunjukan Reog. Supaya kesenian Reog tetap lestari," tutur Ipong kepada detikcom, Kamis (11/7/2019).
Total ada 307 desa yang diwajibkan menggelar pertunjukan Reog. Jadi, masyarakat bisa melihat Reog di masing-masing desa.
"Karena sudah lama Reog obyok tidak dimainkan, biar lestari," terangnya.
Ipong menambahkan, mengenai anggaran pertunjukan Reog, pihaknya menyerahkan kepada masing-masing desa dan kelurahan. "Kita dorong kemandiriannya, supaya Reog itu ada terus," paparnya.
Saat disinggung soal isu kucuran dana Rp 5 juta bagi tiap desa untuk menggelar Reog, menurutnya itu hoaks. "Kita menganggarkan Rp 1 miliar untuk beberapa desa dalam rangka membantu pengadaan fisik Reognya. Tiap tahun ada 25 desa, sekarang sekitar 150 an desa yang sudah pernah dapat," lanjutnya.
Terakhir, Ipong berpesan Reog merupakan warisan luhur bagi Ponorogo. Serta menjadi kebanggaan Indonesia di kancah dunia.
"Ayo terus kita jaga dan pelihara serta lestarikan terus dukung, tonton, ikuti dan mainkan," pungkasnya.
Simak Juga 'Warga Ponorogo Gelar Pertunjukan Reog di Tengah Sawah':
(sun/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini