Arkeolog BPCB Wicaksono Adi Nugroho mengatakan, salah satu temuan yang menarik yakni penggunaan teknologi pasak pada batu candi. Kemudian takikan yang juga diterapkan pada bangunan situs Candi Patakan.
Penggunaan pasak dan takikan ini, kata Wicaksono, biasa ditemukan pada bangunan yang terbuat dari kayu. "Baru di sini di situs Candi Patakan ini ada penerapan teknologi pasak dan takikan pada bangunan candi. Sebelum-sebelumnya, tidak pernah ada penggunaan semacam ini pada bangunan situs candi lainnya," kata Wicaksono, Kamis (11/7/2019).
Menurutnya, teknologi pasak yang diterangkan di Candi Patakan yakni penggunaan pasak sebagai pengait antar batu candi. Batu candi dibuat berlubang di bagian tertentu yang ketika disusun bagian yang berlubang ini kemudian disatukan dengan pasal yang juga terbuat dari batu.
"Mirip dengan pasak kayu, tapi kalau yang ini terbuat dari batu," jelasnya.
Wicaksono menambahkan, selain penggunaan pasak pada candi, Situs Candi Patakan ini juga membuat takikan atau pengait antar batu candi. Takikan merupakan salah satu sisi batu candi dibuat menonjol sementara batu yang lain dibuat tekukan yang sama dengan pengait batu sebelumnya.
![]() |
Selain menemukan penggunaan teknologi tepat guna dan jenis batu merah, arkeolog BPCB Trowulan Jatim juga banyak menemukan pecahan keramik, uang kepeng dan juga sarung keris dari perunggu. "Pecahan keramik yang ditemukan di sekitar lokasi situs Patakan ini kebanyakan berasal dari Tiongkok. Yaitu masa Dinasti Song pada abad 10 atau 11," terangnya.
Temuan dan proses ekskavasi situs Candi Patakan ini, menurut Wicaksono, semakin meneguhkan kalau situs ini jauh lebih tua dari masa Majapahit. Yaitu pada masa muda Airlangga. Bukti sejarah lainnya yakni temuan prasasti Patakan yang saat ini berada di Museum Nasional Jakarta.
"Di prasasti Patakan ini disebut kalau Raja Airlangga pernah berada di Patakan setelah kalah perang untuk kemudian melanjutkan perangnya kembali hingga menang. Di prasasti Patakan juga disebut kalau wilayah Patakan menjadi sebuah tanah perdikan karena telah membantu Raja Airlangga," tutur Wicaksono.
Di Situs Patakan mereka juga menemukan pecahan stupa-stupa kecil dan juga relief gigi Kala yang biasanya terdapat di sebuah bangunan candi. Wicaksono memastikan, temuan di Situs Patakan jauh lebih tua dari situs Sekaran yang berada di tepi jalan Tol Pandaan-Malang atau temuan situs baru yang berada di Jombang. Menurutnya dua tempat tersebut dibangun pada masa Majapahit.
"Situs candi Patakan ini lebih tua, karena berasal dari masa muda Airlangga," ujar Wicaksono.
Dalam ekskavasi tahap kedua pada 2018, BPCB menemukan bangunan utama dan juga bangunan-bangunan pendukung lainnya. Dari temuan ini, BPCB memperkirakan lokasi temuan tersebut merupakan kompleks rumah ibadah berupa Wihara. Ekskavasi oleh BPCB Trowulan di Situs Patakan pertama kali dilakukan pada 2013.
(sun/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini