"Awalnya karena ada yang minta tolong otomatis karena laki-laki ingin nolongin dia. Saya deketin ternyata si ibu itu lagi dihajar sama celeng. Begitu saya sampai si celeng itu langsung nyerang saya. Otomatis saya langsung menyerang celeng itu," kata Rahmat saat berbincang dengan detikcom, Rabu (3/7/2019).
Namun babi hutan tersebut langsung berbalik menyerang hingga Rahmat tidak sadarkan diri. Warga Grumbul Peninis RT 1/5 Desa Windujaya itu digigit, diseruduk serta diinjak babi yang mengamuk. Tubuhnya terkena taring babi dan mengalami luka robek sepanjang 9 cm.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan jika kondisi Warsinah saat itu sudah parah akibat diseruduk dan digigit oleh babi tersebut.
"Kalau celengnya tidak pindah (menyerang) ke saya saya tidak tahu nasibnya (Warsinah) bagaimana," ucapnya.
Menurut dia, babi hutan yang menyerang empat warga tersebut berukuran sangat besar. Rahmat memperkirakan berat babi lebih dari satu kuintal.
Saking besar dan agresifnya sehingga beberapa orang yang berdatangan tak bisa berkutik karena takut.
"Saya pakai parang panjang, saya sempat bacok dia sampai tiga kali, bekas lukanya juga keluar darah semua itu. Cuma saking tebalnya kulit celeng itu, tidak tembus, ujung parang saja saya tusukan tidak mempan, kulitnya tebal banget," jelasnya.
Rahmat menceritakan dia diserang oleh babi tersebut dengan sangat cepat. Bahkan menurutnya hanya dalam hitungan detik.
Namun serangan kepada Warsinah dirasanya berlangsung lebih lama.
"Begitu massa datang lagi dan ada yang bawa parang dan bawa senapan angin. Tiga kali tembakan senapan angin itu saya dengar celeng itu langsung lari. Tapi ukuran pelurunya kecil, ada yang kasih kayu aja kayunya sampai remuk di gigit kuat sekali tenaganya," ungkapnya.
Rahmat mengatakan bahwa serangan babi hutan pernah terjadi sebelumnya.
"Saya dengar informasi di daerah Semaya, ada perburuan babi hutan. Kemungkinan dari sana itu (babi) pindah lokasi, saya juga tidak tahu asal usulnya gimana itu," jelasnya.
Menurutnya, babi hutan masuk ke permukiman warga karena kawasan Grumbul Peninis merupakan perbatasan antara perkampungan dengan hutan Perhutani. Sedangkan di sisi lain, lanjut Rahmat, sumber makanan bagi babi hutan kini sudah menipis.
"Di Perhutani itu kan sudah tidak ada makanan jadi dia masuk ke kampung kampung. Di situ kan masih ada tanaman apa yang bisa dimakan, kalau di hutan sudah tidak ada makanan apa apa lagi. Jadi dia masuk ke kampung-kampung," ujarnya.
Diwawancara terpisah, Kepala ruangan Ar Rahman Rumah Sakit Islam Purwokerto, Aditya Budi Susana menjelaskan bahwa kondisi Rahmat kini sudah membaik.
"Kondisi pasien sudah jauh lebih baik dibandingkan saat datang kemarin. Cuma efek traumanya masih ada," jelasnya.
Aditya menjelaskan bahwa Rahmat mengalami luka robek di paha sebelah kanan, pinggang, lalu perut, di jari-jarinya. Rahmat pun menjalani operasi karena luka-luka tersebut.
"Yang paling parah paha, karena kena pembuluh darah," ujarnya.
Sedangkan menurut Kasi Mutu Pelayanan Rumah Sakit Islam Purwokerto, Rini Indrian kedua korban luka parah, Rahmat dan Warsinah datang dengan kondisi yang sudah pucat akibat kehilangan banyak darah.
"Saat tiba sudah pucat karena kehilangan banyak darah, khususnya almarhum Bu Warsinah sudah kehilangan banyak darah, ditambah faktor usia. Ada luka di punggung lebarnya 20 cm, saat datang bersamaan keduanya sudah kehilangan banyak darah," tuturnya.
Diberitakan sebelumnya, serangan babi hutan yang terjadi kemarin menyebabkan seorang tewas dan tiga orang terluka. KOrban atas nama Warsinah meninggal setelah sempat dirawat di rumah sakit.
(sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini