Namun mereka tidak mengetahui dari sisi lingkungan, cara itu sangat mengganggu.
"Kalau itu terus dilakukan oleh pengrajin tahu, akan mengganggu lingkungan. Karena sampah kertas impor yang digunakan itu sudah tidak ada kertasnya, didominasi plastik," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kesehatan (DLHK) Sidoarjo Sigit Setyawan saat dihubungi detikcom, Rabu (26/6/2019).
Sigit menambahkan yang digunakan untuk pembakaran proses pembuatan tahu didominasi plastik-plastik bekas. Kalau itu terbakar terus menerus akan menyebabkan gas metan dan mikro plastik yang membahayakan lingkungan. Dan yang lebih ditakutkan bila itu mengandung limbah B3.
"Kalau berpengaruh dengan hasil tahunya kami belum mengetahui, rencana akan kordinasi dengan pihak Dinkes Sidoarjo, apakah hasil produksinya itu terganggu," tambah Sigit.
Sigit menjelaskan sampai saat ini mereka belum memahami dari dampak sampah kertas impor tersebut. Mereka hanya terdorong harga murah apabila menggunakan sampah kertas impor tersebut. Pengrajin ini apabila menggunakan sampah tersebut hanya mengeluarkan biaya Rp 300 ribu, sedangkan, apabila menggunakan kayu membutuhkan biaya sebesar Rp 600 ribu.
"Tapi mereka tidak memikirkan dampaknya yang sangat mengganggu lingkungan. Rencana dalam waktu dekat kami akan memanggil mereka untuk diberikan sosialisasi dan jalan keluarnya," jelas Sigit.
(fat/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini