Kepala Pelaksana BPBD Jatim Suban Wahyudiono mengatakan dari 24 yang rawan kekeringan ini, totalnya ada 556 desa. Dari 556 desa, ada 199 desa yang berpotensi tidak ada air sama sekali.
"Dari 38 kabupaten/kota, 24 kabupaten yaitu 180 kecamatan, ada 556 desa yang akan mengalami kekeringan. Dari 556 ini kita petakan ada 199 desa tidak ada potensi airnya. Sisanya 367 desa masih ada," kata Suban kepada detikcom di Surabaya, Senin (24/6/2019).
Suban menyebut Sampang tercatat menduduki peringkat pertama sebagai wilayah yang rawan mengalami kekeringan. Ada 67 desa yang dipetakan rawan kekeringan.
Tak hanya Sampang, wilayah lain yang rawan kekeringan yakni Tuban, Ngawi, Pacitan, hingga Lamongan.
"Sampang paling parah keringnya, Sampang datanya dulu 42 desa, sekarang Sampang dengan 67 desa yang rawan kekeringan, itu paling tinggi. Nomor dua Tuban ada 52 desa di 2019 ini. Yang nomor 3 Ngawi, Pacitan, Lamongan itu 45 desa," imbuhnya.
Di kesempatan yang sama, Suban menyebut pihaknya telah melakukan berbagai antisipasi untuk menangani kekeringan. Misalnya dengan mengirim surat edaran kepada para kepala daerah untuk lebih tanggap.
Suban menyebut pihaknya telah melakukan rapat koordinasi dengan BPBD di setiap kabupaten/kota untuk memetakan wilayah mana saja yang rawan kekeringan. Selain itu, Suban juga telah menyiapkan dana untuk pemenuhan air bersih dengan distribusi 6.000 liter air
"Kebutuhan itu bersama dengan BPBD kabupaten kota, kalau sekarang sudah ada yang minta air dicukupi BPBD kabupaten kota. Nanti kalau sudah habis baru minta ke provinsi. Kita distribusi air 6.000 liter dari provinsi. Itu upaya sekarang ini dengan kabupaten/kota untuk mencukupi kebutuhan air saat kekeringan. Provinsi jatim juga menyiapkan anggaran sarpras untuk jeriken kemudian alat kebakaran," pungkasnya. (hil/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini