Ketika Ketua MK 'Protes' karena Tak Diakui sebagai Alumni UGM

Ketika Ketua MK 'Protes' karena Tak Diakui sebagai Alumni UGM

Tim detikcom - detikNews
Jumat, 21 Jun 2019 22:30 WIB
Sidang MK (Grandyos Zafna/detikcom)
Jakarta - Sidang Mahkamah Konstitusi (MK) diwarnai 'perbincangan' di antara sesama alumni Universitas Gadjah Mada (UGM). Bahkan Ketua MK Anwar Usman sempat 'memprotes' karena tak disebut sebagai alumni UGM.

Awalnya, ahli yang dihadirkan oleh kuasa hukum Jokowi-Ma'ruf, yaitu Edward (Eddy) OS Hiariej, sempat menyebutkan kuasa hukum dari pemohon dan pihak terkait hingga hakim MK yang merupakan alumni UGM. Eddy sendiri profesor hukum jebolan UGM.

Keberadaan sesama alumni juga disinggung oleh hakim konstitusi Saldi Isra. Selain dua saksi Jokowi-Ma'ruf yaitu Eddy Hiariej dan Heru Widodo, ada kuasa hukum Prabowo-Sandi, yaitu Iwan Satriawan dan Lutfi Yazid. Dia juga menyebut nama hakim konstitusi Enny Nurbaningsih, yang merupakan jebolan UGM. Saldi sendiri mendapatkan gelar doktor dari UGM.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Setelah sesi tanya-jawab dengan ahli dari tim Jokowi, mendadak Ketua MK Anwar Usman mengajukan protes. Ada apa gerangan?

"Sebentar, Yang Mulia, saya mau protes dulu ke Prof Eddy," ucap Anwar Usman.

Ternyata Anwar Usman memprotes karena tidak disebut sebagai alumni UGM. Padahal dia memperoleh gelar doktor dari universitas tersebut. Ada pula Wakil Ketua MK Aswanto, yang juga lulusan S-2 UGM.



"Saya dan Wakil merasa sedih. Saya sama Yang Mulia Pak Wakil nggak diakui. Gimana ceritanya," katanya dengan nada canda.

"Kami kan juga alumni. Waduh, sedih saya. Prof Saldi juga alumni, tapi sudah dihitung tadi. Belum termasuk saya sama Pak Wakil. Prof Eddy lupa tadi," sambung Anwar Usman.

Sontak, tawa pecah di sidang MK. Prof Eddy pun tampak tertawa sambil mengatupkan kedua tangannya menyimbolkan minta maaf. (imk/rvk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads