"Tidak ada referensi bahwa hilal Syawal 1440 Hijriah hari Senin tanggal 3 Juni 2019 dapat teramati dari wilayah Indonesia," ujar Cecep saat menyampaikan paparannya menjelang sidang isbat 1 Syawal 1440 H di kantor Kemenag, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (3/6/2019).
Cecep pun menjelaskan analisisnya didasarkan pada pengamatan tim pemantau hilal di Palabuhanratu, Jawa Barat. Menurutnya fraksi iluminasi hilal di wilayah tersebut hanya 0,07 derajat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, menurut Cecep, dalam catatan sejarah astronomi modern, jarak hilal terdekat yang pernah terlihat adalah sekitar 8 derajat, dengan umur hilal 13 jam 28 menit.
Cecep pun mengungkapkan hilal akan tampak jika jarak sudut bulan-matahari lebih besar dari 7 derajat. Konferensi penyatuan awal bulan Hijriah internasional di Istanbul pada 1978 mengatakan awal bulan dimulai jika jarak busur antara bulan dan matahari lebih besar dari 8 derajat dan tinggi bulan dari ufuk pada saat matahari tenggelam lebih besar dari 5 derajat.
Baca juga: MUI Perkirakan Idul Fitri Jatuh 5 Juni |
Sebelumnya, di awal paparannya, Cecep mengungkapkan, hari ini merupakan hari penting untuk menetapkan 1 Syawal 1440 H, karena hari ini bertepatan dengan 29 Ramadhan 1440 H, di mana bulan kamariah atau Hijriah dihitung berdasarkan umur bulan, yaitu 29 hari atau 30 hari.
"Hilal itu adalah bagian bulan yang cahayanya sangat tipis," ungkap Cecep.
Cecep pun sempat memaparkan pantauan hilal hari ini dari Palabuhanratu, Jawa Barat. Menurutnya, kemungkinan besar hilal belum terlihat hari ini.
"Tinggi hilal negatif pada saat matahari terbenam, posisi hilal sudah berada di bawah ufuk. Hilal terbenam terlebih dahulu dibanding matahari di wilayah Indonesia," paparnya.
"Di bawah ufuk tidak mungkin terlihat secanggih apa pun alat," lanjutnya. (nvl/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini