"Berdasarkan informasi yang diterima dari Planetarium dan Observatorium Jakarta, berikut tiga metode untuk melihat hilal Idul Fitri 2019. Bagi yang menggunakan metode Hisab Murni, maka tanggal 29 Ramadan 1440 H hilal belum wujud. Sehingga umur Ramadan 1440 H diistikmalkan atau digenapkan menjadi 30 hari. Maka 1 Syawal 1440 H akan bertepatan dengan tanggal 5 Juni 2019," kata Cholil lewat keterangannya, Senin (3/6).
Meski demikian, Cholil meminta masyarakat menunggu hasil rukyat yang dilakukan Kemenag dan ormas Islam lainnya. Cholil mengatakan hilal masih belum dapat terlihat karena pada 29 Ramadhan posisinya masih di bawah ufuk. Dalam kondisi ini, bulan Ramadhan akan diistikmalkan (dibulatkan) menjadi 30 hari sehingga 1 Syawal akan bertepatan 5 Juni.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: PBNU Tentukan Idul Fitri 1440 H Sore Ini |
![]() |
"Imkanur rukyat (visibilitas hilal) adalah mempertimbangkan kemungkinan terlihatnya hilal. Kriteria ini mengharuskan hilal berada minimal 2 derajat di atas ufuk, sehingga memungkinkan untuk dilihat. Akan tetapi, adanya hilal belum teranggap sampai hilal tersebut dapat dilihat dengan mata," sambungnya.
Cholis mengatakan kriteria imkanur rukyat negara-negara Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia (MABBIM) yaitu tinggi hilal minimum 2 derajat, jarak bulan dari matahari minimum 3 derajat, dan umur bulan (dihitung sejak saat ijtimak) pada saat matahari terbenam minimum 8 jam.
"Berdasarkan uraian di atas, hampir dipastikan tanggal 1 Syawal 1440 H tidak akan ada perbedaan antara umat di Indonesia dan Idul Fitri akan jatuh dan dirayakan pada 5 Juni 2019. Tetapi untuk kepastiannya kita tetap menunggu hasil sidang Isbat pemerintah pada tanggal 3 Juni 2019 sore nanti sekaligus laporan hasil pemantauan rukyatul hilal di beberapa daerah di Indonesia," tutur Cholil. (jbr/fdn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini