Begitulah rutinitas tahunan Sri Wahyu Nurhadi Kusumo (56). Pria kelahiran Pacitan yang 17 tahun menetap di Negeri Paman Sam itu selalu mudik saat lebaran. Terbang selama lebih dari 19 jam melintasi banyak benua tak meruntuhkan semangatkan sungkem kepada sang ibu tercinta. Sebaliknya, dia makin terbiasa mudik ke kampung halaman.
"Sempat berpikir nggak mudik. Begitu udah mepet lebaran saya berubah pikiran," ucap Wahyu ditemui detikcom di rumahnya, Jalan Hasanuddin, Minggu (2/6/2019).
Wahyu mengaku dirinya berangkat dari tempat tinggalnya di Washington DC, Rabu (29/5/2019) pagi waktu setempat. Sempat transit selama 2 jam di Boston, pesawat yang membawanya lalu terbang menuju Bandara Narita, Tokyo.
Tak lama menunggu di Negeri Matahari Terbit, Wahyu melanjutkan perjalanan menuju Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng. Dia mendarat di Jakarta, Jumat (31/5/2019) tengah malam.
"Karena habis perjalanan jauh saya nggak mau memaksakan diri. Akhirnya stay dulu barang semalam di Jakarta," imbuh pria yang bekerja di lembaga penyiaran milik pemerintah AS tersebut.
Untuk menyambung perjalanan menuju Pacitan, Wahyu memilih jalur darat. Rupanya nasib mujur sedang berada di pihaknya. Atas bantuan seorang teman, dia pun masih bisa mendapatkan tiket angkutan antar-jemput. Padahal jarak pemesanan dengan keberangkatan tergolong mepet.
Kendaraan jenis MPV itu menjemput Wahyu, Sabtu (1/6/2019) pukul 10.00 WIB. Bersama jutaan pemudik lain, Wahyu mengaku menikmati perjalanan melalui Tol Trans Jawa.
Meski sempat beberapa kali terhenti, namun kata penghobi kuliner itu, macet yang terjadi masih di ambang batas normal. Satu-satunya kendala adalah rest area yang selalu penuh.
"Ya sempat bingung juga. Maunya ke toilet. Tapi semua rest area penuh. Alhamdulillah, akhirnya dapat juga," tuturnya sembari tertawa lebar.
Minggu (2/6/2019) sekitar pukul 02.00 WIB mobil berisi 5 penumpang itu keluar exit Tol Kartasura. Selanjutnya menuju Pacitan melalui Solo-Sukoharjo-Ngadirojo-Wonogiri.
Setelah beristirahat barang setengah jam di Baturetno, mobil pun bergerak menuju Pacitan. Jarak tempuhnya sekitar 35 KM. Bersamaan kumandang azan subuh, Wahyu tiba di tanah kelahiran.
"Luar biasa berkesan. Sekarang jarak antar kota terasa sangat pendek karena adanya tol. Overall, aman dan nyaman," jawabnya saat ditanya kesan mudiknya kali ini.
Wahyu sengaja tak memberi kabar soal kepulangannya kali ini. Dia ingin memberi kejutan kepada ibunda yang kerap meluapkan kerinduannya via telepon.
Suasana haru pun mendadak tercipta. Saat ucapan salam berbalas pelukan. Mudik lebaran tak hanya ritual tahunan. Tetapi menjadi ajang saling menyatukan.
"Kula kaget. Kula kinten Nanung (sapaan Wahyu) mboten wangsul. (Saya kaget. Saya kira Nanung tidak pulang)," ucap Ny Sutarmi (80), ibunda Wahyu sambil terus memegang bahu anaknya. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini