"Saya secara resmi langsung melaunching peluncuran dan sosiasliasai Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja pada tahun 2018 pada tanggal 7 Mei 2019," kata Yohana di Gedung Kementerian PPPA, Jl. Medan Merdeka Barat No.15, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (7/5/2019).
Survei dilakukan pada anak dan remaja usia 13-17 tahun sebanyak 5.383 dan usia 18-24 tahun sebanyak 4.461 jiwa. Ditemukan fakta kekerasan terhadap anak di antaranya kekerasan emosional, kekerasan fisik dan kekerasan seksual.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikatakan Yohana, mayoritas kekerasan dilakukan oleh teman sebaya anak. Sebanyak 3 dari 4 anak-anak dan remaja yang pernah mengalami kekerasan bahwa pelaku kekerasan adalah teman atau sebayanya.
"Kalau kita lihat tadi teman sebaya, ini menunjukkan bahwa kita harus banyak masuk ke sekolah-sekolah. Karena mayoritas yang tertinggi itu adalah (kekerasan) antar teman sebaya," lanjut Yohana.
Yohana berharap dengan adanya hasil survei ini dapat menjadi dasar pemerintah dan lembaga terkait dalam mengambil kebijakan. Sehingga angka kekerasan terhadap anak dapat dikurangi.
"Dengan adanya hasil ini, ini hasil yang dipakai pemerintah maupun DPR atau siapa saja. Bagaimana kita sosialisasikan itu menjadi masukan untuk menyusun kebijakan ke depan," lanjut Yohana.
Bagi masyarakat yang mengetahui dan mengalami adanya tindakan kekerasan terhadap anak, Yohana meminta untuk segera melapor kepada pihak terkait. Sehingga target tahun 2030 tidak ada lagi kekerasan terhadap perempuan dan anak.
"Masyarakat sekarang bisa lapor, nah ini asumsi saya. Semakin banyak laporan masuk maka akan turun angka kekerasan tersebut. Target kita 2030 tidak ada violence terhadap perempuan dan anak," tutupnya.
Berdasarkan survei itu, kekerasan emosional yang dialami oleh perempuan adalah 3 dari 5 anak perempuan mengalami kekerasan emosional. Sedangkan 1 dari 2 anak laki-laki mengalami kekerasan emosional.
Pada kekerasan fisik ditemukan 1 dari 5 anak perempuan mengalami kekerasan fisik. Kekerasan fisik pada anak laki-laki lebih banyak, di mana 1 dari 3 anak laki-laki mengalami kekerasan fisik.
Sementara itu, 1 dari 11 anak perempuan mengalami kekerasan seksual. Sedangkan kekerasan seksual pada laki-laki lebih sedikit di mana 1 dari 17 anak mengalami kekerasan seksual.
Berdasarkan pemaparan kekerasan yang dialami anak dan remaja, dapat ditarik kesimpulan sebanyak 2 dari 3 anak-anak dan remaja perempuan atau laki-laki pernah mengalami salah satu bentuk kekerasan sepanjang hidupnya.
Sedangkan pada pelayanan, 1 dari 3 anak-anak dan remaja mengetahui tentang layanan untuk mengantisipasi kekerasan. Namun pemanfaatan layanan masih terbatas.
Menteri Yohana mengingatkan kekerasan itu harus menjadi perhatian semua pihak. Sehingga ia mengajak semua kementerian, lembaga, DPR, terutama keluarga untuk mengambil peran dalam pencegahan.
"Ini menunjukkan bahwa kita semua harus mengambil peran. Saya juga mengajak media dan juga ketua DPR, juga komisi VIII Pak Ali Taher dan juga kementerian terkait lain. Kita semua masyarakat mempunyai peran penting, terutama khusus keluarga," lanjutnya.
Menurut Yohana, saat ini angka kekerasan dalam keluarga masih cukup tinggi. Ia menambahkan anak akan cenderung meniru apa yang dilakukan orangtua. Sehingga mereka akan menerapkannya di lingkungan sekolah dan masyarakat.
"Karena saya pikir keluarga ini, dalam keluarga juga masih cukup tinggi kekerasan dalam rumah tangga. Jadi bilamana dilakukan oleh orangtua pasti akan ditiru oleh anak-anak mereka. Dan akan terbawa terus ke sekolah ataupun lingkungan dimana mereka bermain," lanjutnya.
Tonton video Tanggapan Menteri Yohana Soal Prostitusi Artis:
(elz/elz)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini