"Ada visi misi yang bagus dari Ditjen Hubla, yaitu mereka ingin bekerja dengan hati, karena jika kita bekerja dengan hati dan sungguh-sungguh bisa menyelesaikan pekerjaan," ujar Budi Karya dalam keterangan tertulis, Senin (8/4/2019).
Pada kesempatan tersebut ia juga menyampaikan apresiasi kepada Ditjen Perhubungan Laut atas beberapa capaian pada sektor transportasi laut 2018, di antaranya keberhasilan Indonesia menduduki peringkat ke-III di Asia Tenggara untuk Index Pelayanan di Pelabuhan yang sejalan dengan penurunan Dwelling Time di pelabuhan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apresiasi juga diberikan atas kinerja dan pelayanan di Pelabuhan Tanjung Priok yang pada 2018 berhasil menerima Penghargaan Wilayah Bebas Korupsi (WBK). Ia berharap pelabuhan-pelabuhan lain dapat mengikuti Pelabuhan Tanjung Priok untuk menjadi pelabuhan bebas korupsi, serta meningkatkan kinerja pelayanan menjadi lebih baik.
Sementara itu pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Perhubungan Laut R. Agus H. Purnomo mengatakan Raker Ditjen Hubla diselenggarakan dalam rangka meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi antarunit kerja, sebagai upaya meningkatkan kinerja dan pelayanan di bidang transportasi laut, sekaligus menjawab tantangan kemajuan teknologi di era revolusi industri 4.0.
Saat ini, lanjutnya, Indonesia tengah menyongsong era Industri 4.0 sehingga Ditjen Perhubungan Laut harus segera merespon dan beradaptasi, dengan mengimplementasikan teknologi informasi dalam kegiatan operasional dan pelayanan kepada para stakeholder.
"Dengan adanya digitalisasi pelayanan melalui penerapan Inaportnet dan Delivery Order Online, diharapkan dapat menurunkan biaya logistik nasional dan Dwelling Time," tutur Agus.
Ia juga akan terus mendorong agar Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ditjen Hubla dapat melepaskan ketergantungan terhadap APBN. Salah satunya melalui percepatan pembentukan Badan Layanan Umum (BLU), sehingga ke depannya dapat meningkatkan daya saing pelayanan dan efisiensi pengelolaan anggaran.
"Begitu juga dalam pembangunan infrastruktur, dapat memanfaatkan pembiayaan dari sektor swasta melalui skema KPBU seperti yang telah diterapkan pada Pelabuhan Anggrek dan Pelabuhan Bau Bau, ataupun melalui skema Kerja Sama Pemanfaatan (KSP) yang telah diterapkan dalam Pembangunan Pelabuhan Probolinggo dan Sintete," jelasnya.
Agus menambahkan tantangan lain yang dihadapi ialah berdasarkan data World Economic Forum pada 2016, yang menyebut setiap tahunnya ada 8 juta ton sampah plastik mengalir ke laut yang dapat membahayakan ekosistem laut.
"Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan untuk mengurangi 70 persen sampah plastik di laut pada 2025. Kebijakan Rencana Aksi Nasional Pengelolaan Sampah Laut tersebut sebagaimana tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2018," imbuhnya.
Sebagai informasi, Raker Ditjen Hubla 2019 yang diselenggarakan dari tanggal 8-10 April 2019 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan Jakarta ini mengangkat tema "Transportasi Laut yang Bersih, Efektif, dan Terintegrasi".
Pembukaan Raker Ditjen Hubla diawali dengan launching jingle Direktorat Jenderal Perhubungan Laut yang berjudul "Kerja dengan Hati, Pastinya!" dan dinyanyikan langsung oleh Yana Julio. Launching ditandai dengan penyerahan piringan hitam dari Yana Julio kepada Menteri Perhubungan.
Selain pengarahan dari Budi Karya, dalam raker diberikan juga pembekalan dari para narasumber yang berasal dari Bareskrim Polri, pakar transportasi laut, Kementerian Keuangan, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, dan pelaku usaha bidang transportasi laut.
Sedangkan peserta Raker terdiri dari seluruh unit kerja Ditjen Hubla, baik di kantor pusat maupun di daerah, serta perwakilan dari stakeholder dengan total jumlah peserta sebanyak 309 orang. (idr/idr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini