Ironisnya, ketiga kejadian tersebut dilakukan oleh orang-orang dekat korban. Yakni teman dekat, tetangga, hingga kerabat korban sendiri. Perbuatan tersebut biasanya dilakukan dengan memanfaatkan kedekatan terhadap korban.
"Dalam tiga bulan terakhir ini tren kekerasan seksual pada anak di bawah umur memang cenderung meningkat," kata Kasat Reskrim Polres Bondowoso, AKP Jamal, saat berbincang dengan detik.com di kantornya, Jum'at (5/4/2019).
Bahkan, ungkap Jamal, masih ada lagi beberapa kejadian serupa yang sudah proses penyelidikan. Pihaknya mengaku masih mengumpulkan alat bukti serta keterangan para saksi.
"Melihat kecenderungannya, Bondowoso bisa dibilang dalam kondisi darurat kekerasan seksual pada anak," jelas mantan Kapoksek Leces, Probolinggo ini.
Oleh sebab itu, imbuh Kasat Reskrim, pihaknya akhirnya sengaja menyiapkan ruangan khusus bagi para korban. Ruangan itu juga berfungsi sebagai ruang bimbingan dan konseling.
"Itu sangat penting. Karena para korban itu pasti mengalami trauma psikis dan sangat tertekan. Sehingga, untuk mengorek keterangannya memang dibutuhkan tindakan dari hati ke hati," terang Jamal.
Dalam kurun sebulan, di Bondowoso terjadi tiga kali terjadi kasus perkosaan anak di bawah umur. Yakni kasus perkosaan gadis di bawah umur di hutan pinus daerah Grujugan, Sabtu (9/3/2019). Pelakunya adalah teman dekat korban.
Kemudian beberapa hari yang lalu, Selasa (2/4/2017). Seorang pria paruh baya di Kecamatan Tapen melakukan perkosan terhadap gadis berusia 13 tahun yang masih tetangganya.
Terbaru, seorang anak di bawah umur berusia 8 tahun yang masih duduk di sekolah dasar (SD) mengalami kekerasan seksual berkali-kali oleh kerabatnya sendiri. Akibatnya, si anak mengalami syok dan trauma berat. Bahkan, korban enggan bersekolah lagi karena merasa malu pada teman-temannya di sekolah. (iwd/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini