Usai berbincang, Emil mengaku takjub. Dia mengaku baru mengetahui ada banyak potensi dari generasi milenial yang tergabung dalam komunitas. Misalnya saja, ada salah satu komunitas yang membuat game untuk dijual ke pengembang dari luar negeri.
"Saya salut mereka itu ada yang mereka sejak kuliah sudah ngembangin game. Nah ini benar-benar luar biasa, padahal laptopnya core i7 biasa tapi mereka bisa bikin game yang keren banget. Bahkan untuk salah satu platform video game di luar negeri," kata Emil ditemui usai berbincang di Surabaya, Rabu (27/3/2019).
Emil pun mengaku tertarik untuk mencari potensi-potensi generasi milenial lainnya. "Kalau kita rajin cari keluar banyak loh potensi-potensi kayak gini yang usianya 20-an," imbuhnya.
Selain itu, Emil menilai pihaknya perlu menyediakan banyak wadah untuk menampung bakat dari generasi milenial. Menurutnya, hal ini sejalan dengan penggagasan Millennial Job Center.
"Ada satu lagi bikin aplikasi logistik di Makassar, dapat dari dosennya masih semester 6. Mereka datang ke tempat ini untuk ngembangin, ngulik sendiri. Jadi memang perlu banyak wadah," papar Emil.
"Kita sebut Millennial Job Center. Kalau yang namanya ngulik, community jadi penting. Karena mereka akan ngobrol, sharing pengalaman, sharing tantangannya. Jadi semakin banyak referensinya semakin jago," tambahnya.
Sementara saat ditanya apa peran pemerintah nanti, Emil mengatakan pihaknya masih butuh untuk menemui beberapa komunitas lagi. Pasalnya, Emil perlu tahu apa yang mereka butuhkan.
"Justru itu saya pengen mereka yang ngasih tahu saya. Karena mereka yang paling paham. Nah ini apakah sesuatu yang pemerintah cocok untuk masuk, ataukah kita kasih swasta masuk ke situ bentuk insentifnya apa," pungkasnya. (sun/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini