Empat daerah itu, pertama daerah yang rawan voter turnoutnya rendah atau tingkat partisipasi pemilihnya rendah. KPU Jatim memetakan daerah tersebut di antaranya Tuban, Surabaya dan Jember.
"Pada pelaksanaan pemilu sebelumnya, daerah-daerah itu tingkat partisipasinya di bawah 60%," kata Divisi SDM dan Partisipasi Masyarakat KPU Jatim, Gogot Cahyo Baskoro dalam kunjungannya ke Blitar, Jumat (22/3/2019).
Daerah kedua, lanjut dia, daerah rawan bencana. Mengingat saat ini musim hujan dan cuaca tidak menentu, sehingga perlu perhatian distribusi logistik dan penyimpangan gudang tidak terganggu yang menghambat pelaksanaan pemilu.
Sedangkan daerah ketiga, adalah daerah yang rawan konflik. Mulai konflik antar masyarakat ataupun antar kelompok agama.
"Seperti yang terjadi di Sampang, Madura. KPU Jatim sudah berikhtiar menfasilitasi supaya hak pilih mereka bisa digunakan. Namun sampai sekarang, karena alasan keamaan, mereka hanya bisa memilih presiden dan anggota DPP saja. Tidak mungkin kami mendistribusikan mereka ke TPS daerahnya," ungkap mantan wartawan ini.
Dan keempat adalah daerah yang tingkat pelanggarannya tinggi. Menurut Gogot, pelanggaran itu terjadi tidak selalu atas kesalahan penyelenggara pemilu. Atau ketidaktahuan penyelenggara pemilu, sehingga memunculkan rekomendasi dari Bawaslu.
"Ini seperti pemilihan suara ulang (PSU) seperti di Kabupaten Blitar dan Sampang," bebernya.
Dengan prioritas perhatian pada empat daerah tersebut, KPU Jatim yakin target partisipasi pemilu 2019 mencapai 77,5 % dapat tercapai. Juga didukung strategi, metode pendekatan dan sosialisasi.
"Kami lumayan terbantu, karena pelaksanaan pemilu serentak. Ini merupakan pilpres dan pileg serentak yang pertama kali di Indonesia. Ada lima surat suara. Artinya, semakin banyak pihak berkonsentrasi untuk meyakinkan pemilih menggunakan hak pilihnya," pungkasnya. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini