Rocky Gerung 'Stand Up Comedy', Bicara Jaket Kedunguan hingga Kartu Pradungu

Rocky Gerung 'Stand Up Comedy', Bicara Jaket Kedunguan hingga Kartu Pradungu

Gibran Maulana Ibrahim - detikNews
Jumat, 22 Mar 2019 00:52 WIB
Rocky Gerung (Gibran Maulana/detikcom)
Jakarta - Akademisi Rocky Gerung turut berbicara di acara Aliansi Pengusaha Nasional. Mengaku sedang stand up comedy, Rocky berbicara tentang jaket kedunguan hingga kartu Pradungu.

Rocky berbicara di acara Aliansi Pengusaha Nasional yang digelar di Djakarta Theater, Kamis (21/3/2019) setelah Prabowo-Sandi berpidato. Rocky awalnya berbicara tentang para pengusaha yang berani bersikap hingga survei PolMark dan Litbang Kompas.

"Orang yang ingin mengambil risiko, dia autentik, karena dia berpikir melakukan kalkulasi. Dengan kata lain, hanya orang yang berakal yang mampu menghitung risiko. Orang yang nggak berakal, takut mengambil risiko. Artinya, dia tidak autentik," kata Rocky Gerung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Orang yang tidak autentik akan berupaya untuk mencitrakan dirinya tujuh kali sehari dengan ganti-ganti pencitraan. Karena nggak terbaca dari bahasa tubuhnya bahwa dia mampu untuk mengucapkan argumentasi," sebut Rocky.



Rocky lantas berbicara tentang survei-survei yang, menurutnya, membuat panik Istana. Rocky juga menyinggung soal kejujuran yang bisa membuat panik pihak tertentu.

"Tapi kita lihat bahwa ada kepanikan membaca hasil riset Kompas dan hasil riset PolMark Eep Saefulloh, yang sebetulnya biasa-biasa saja. Tapi, karena sudah biasa berbohong dengan menaikkan elektabilitas, kalau ada orang yang bicara jujur, dia panik sendiri. Karena biasanya yang dipamerkan oleh surveyor Istana, elektabilitas petahana 68 persen, sementara oposisi 28 persen. Benar nggak, tuh? Bener kalau margin of error-nya 100," beber Rocky.

Setelah berbicara tentang survei, Rocky memberi pesan tentang energi kepada para peserta. Menurutnya, semua pihak harus menyimpan energi untuk dua hal.

"Jadi teman-teman semua, saya hanya ingin mengimbau agar energi yang masih tersisa kepada kita, kita bagi dua. Energi untuk menyambut presiden baru, itu urusan saudara-saudara karena saya nggak berurusan dengan presiden baru, saya berurusan dengan presiden lama," sebut Rocky.

Dia lanjut menceritakan tentang bully yang diterimanya. Rocky menyinggung soal jaket 01 dan jaket 02.

"Sering kali, saya di-bully lagi kan, bahwa... kayak kemarin di Osaka yang kemudian jadi viral. Saya pinjam ini jaketnya persis jaket begitu, ada tulisan 02. Saya pakai jaket begituan karena saya habis ceramah di Osaka. Saya kedinginan, maka hanya ada jaket 02, maka saya pinjam jaket itu. Karena saya kedinginan. Kalau saya kedunguan, saya pinjam jaket 01," sebut Rocky.

"Jadi geng petahana marahin saya, kenapa nggak pernah pakai jaket 01. Lo itu jaket kedunguan, bukan kedinginan. Itu mempersoalkan hal yang sifatnya teknis saja," imbuh dia.



Pembicara yang kerap mengatasnamakan akal sehat itu kembali menyinggung soal survei. Menurutnya, semua cara sudah dilakukan pihak tertentu, tapi hasil survei malah makin rusak.

"Jadi saya ingin pastikan bahwa kita akan bertemu selalu di dalam acara semacam ini karena kegembiraan politik dan yang di sebelah sana cemas terus-menerus karena segala macam jenis pencitraan sudah diucapkan, tapi elektabilitas justru diperlihatkan hancur," sebut Rocky.

Dia lanjut berbicara tentang kartu. Menyinggung kartu Pra-Kerja, Rocky lantas bicara soal kartu Pradungu.

"Semua kartu sudah dikeluarin. Kemarin saya katakan yang terakhir kartu Pra-Kerja. Saya bilang masih ada satu kartu yang belum dikeluarin, namanya kartu Pradungu dan jangan harap kartu itu akan dibagikan kepada saudara-saudara karena beliau akan pakai sendiri kartu itu," sebut Rocky.

Rocky kemudian menegaskan apa yang disampaikannya ini merupakan stand up comedy. Dia juga berbicara analogi kendaraan turun mesin.

"Oke teman-teman saya kira, saya kira, itu stand up comedy malam ini dan Anda tahu bahwa mobil kalau dia mogok, mestinya turun mesin. Ini mobil sudah mogok, dicuci tiap hari, dipikir kalau mobilnya dicuci tiap hari mengkilap mobilnya akan hidup lagi. Nggak bisa. Mobil mogok itu artinya turun mesin dan kita akan turunkan mesin itu 17 April," sebut Rocky.



Dalam kesempatan itu, Rocky juga menyinggung diplomasi era pemerintah saat ini. Rocky juga berbicara cara berpikir ala planga-plongo.

Awalnya dia membahas soal Indonesia yang, menurutnya, didirikan dengan argumentasi kuat oleh para pemikir bangsa. Namun hal itu, kata dia, sudah hilang.

"Sekarang kita kehilangan kemewahan itu sehingga kita tidak mungkin dihargai di forum internasional. Kemampuan diplomasi kita turun habis-habisan," kata Rocky.

Pembebasan Siti Aisyah yang sempat didakwa jaksa Malaysia terlibat pembunuhan Kim Jong-Nam juga dibahas oleh Rocky. Dia mengkritik pemerintah.

"Seminggu lalu ada skandal Presiden Jokowi klaim bahwa pembebasan Siti Aisyah akibat kemampuan diplomasi pemerintah Indonesia ke Malaysia. Dan belum satu hari PM Malaysia membantah kita dan itu memalukan sehingga harus dibuat klarifikasi," sebut Rocky.

"Siapa yang bikin klarifikasi? Pejabat eselon II dari Dephukam, kepala administrasi hukum yang mengatakan bukan itu maksud Presiden. Jadi pejabat eselon II koreksi Presiden, ajaib," kritik dia.



Menurutnya, hal itu memalukan. Rocky menganggap itu sebagai 'kedunguan diplomatik'. "Jadi kita dari hari ke hari dipameri kedunguan diplomatik sehingga nggak dihargai," sebut Rocky.

Dia lalu mengungkit pernyataan Prabowo soal Soemitro Djojohadikusumo. "Tadi benar Pak Prabowo ceritakan literasi yang diperoleh langsung dari ayahnya dan saya ingat diawal-awal kuliah saya tahun 80-an ada mata kuliah yang diedarkan RRI, dulu namanya Universitas Terbuka," ucap Rocky.

"Kuliah ekonomi perdana diucapkan Soemitro Djojohadikusumo dan beliau kalau lagi kasih kuliah di UI gerak tangan dan kepalanya itu nggak diam karena berusaha mengeluarkan isi pikiran, apa isi pikirannya," jelas Rocky.

Menurut Rocky, ada orang yang menggerakkan kepala namun tidak punya pikiran. Itu disebutnya sebagai cara berpikir planga-plongo.

"Tapi ada yang cukup gerak kepala tapi nggak ada pikiran. Itu bedanya antara menggerakkan kepala karena sedang berpikir dan menggerakkan kepala karena nggak punya pikiran. Terakhir namanya planga-plongo. Kita nggak ingin generasi ke depan diajari cara berpikir ala planga-plongo," sebut Rocky.


Saksikan juga video 'Panas! Rocky Gerung Vs Nusron Wahid Bahas Infrastruktur':

[Gambas:Video 20detik]

(gbr/idn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads