Salah seorang sopir angkot, Wandi (59) mengaku heran dengan bergulirnya program tersebut. Padahal, sambung dia, tanpa adanya program itu angkot sudah terpinggirkan karena adanya taksi maupun ojek online.
"Apalagi ada program ini segala kan. Kenapa harus Grab? Gak angkot aja," kata Wandi saat ditemui detikcom di Terminal Cicaheum, Jalan AH Nasution, Kota Bandung, Senin (11/3/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menilai harusnya pemerintah membatasi wilayah operasi taksi online. "Di sini mah seluruh pelosok dikuasai taksi online. Sekarang aja di terminal kalau malam itu, penumpang yang turun dari bus banyaknya diangkut taksi online bukan angkot lagi," keluh sopir angkot Cicaheum - Ciroyom ini.
Ia meminta pemerintah tidak terlalu berpihak kepada taksi online. Apalagi sampai mewajibkan ASN naik Grab ketimbang angkot yang juga transportasi publik.
"Kita kan juga transportasi publik. Jangan terlalu berpihak lah ke mereka. Kita juga mau diperhatikan," kata Wandi.
Nada protes juga dilontarkan sopir angkot lainnya, Sudrajat (48). Menurutnya transportasi online lebih diistimewakan oleh pemerintah saat ini ketimbang angkot.
"Kalau ada program kayak gitu, kelihatan kan, siapa yang lebih diistimewakan. Sampai PNS aja wajib naik Grab," kata Sudrajat.
Ia mengaku harusnya memberikan mengaplikasikan program tersebut menggunakan angkot. Sebab, hal itu setidaknya bisa mengurangi beban sopir angkot saat ini.
"Adanya taksi online kita gak bisa larang juga. Tapi kita juga mau diperhatikan juga, didukung sama pemerintah. Dikasih tau PNS naik angkot aja," ujar Sudrajat.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini